Rabu 30 Oct 2013 12:56 WIB

Wisata Syariah Indonesia Masih Kalah dengan Malaysia

Dirjen Pemasaran Pariwisata Kemenparekraf Esthy Reko Astuti dalam acara peluncuran
Foto: Republika/Hazliansyah
Dirjen Pemasaran Pariwisata Kemenparekraf Esthy Reko Astuti dalam acara peluncuran "Produk Wisata Syariah", Rabu (30/10) siang di JIExpo, Kemayoran, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi besar dalam mengembangkan wisata syariah (Wisata Halal). Namun faktanya, dalam pengembangan wisata ini, Indonesia masih kalah dengan negara tetangga Malaysia.

Berdasarkan data yang dikeluarkan CressentRating (situs yang menyajikan informasi kehalalan berbasis di AS) tahun 2012, Malaysia berada di peringkat pertama dalam menarik minat wisatawan muslim. Menyusul Turki dan Uni Emirat Arab. Destinasi populer lainnya adalah Singapura, Rusia, Cina, Prancis, Thailand dan Italia.

Terkait hal ini, pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif secara resmi meluncurkan "Produk Wisata Syariah", bekerjasama dengan para pelaku industri pariwisata Indonesia. "Produk Wisata Syariah" ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan para muslim traveler dunia dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu destinasi utama wisatawan muslim dunia.

"Produk wisata Syariah bukanlah pariwisata yang hanya menampilkan wisata ziarah atau religi, tapi juga faktor penunjang yang dibutuhkan muslim traveler selama melakukan perjalanan," ujar Dirjen Pemasaran Pariwisata Kemenparekraf Esthy Reko Astuti dalam acara peluncuran "Produk Wisata Syariah", Rabu (30/10) siang di JIExpo, Kemayoran, Jakarta.

Umumnya wisatawan muslim membutuhkan beberapa fasilitas yang dapat membuat nyaman dan aman selama melakukan perjalanan wisata.

Beberapa fasilitas itu adalah tersedianya makanan dan minuman yang terjamin kehalalanya, tersedianya fasilitas yang layak dan nyaman untuk bersuci, tersedia fasilitas yang memudahkan untuk beribadah dan tidak ada hal-hal yang melanggar kesusilaan dan ketentuan syariah pada unsur produk dan jasa pelayanan usaha pariwisata syariah.

Di tahap awal ini, pemerintah mencoba mengembangkan dan mempromosikan pada empat usaha jasa. Yaitu Perhotelan, Restoran, Biro Perjalanan Wisata dan Spa Syariah. Empat bidang jasa itu akan didorong untuk mengikuti pedoman, fasilitasi capacity building dan promosi yang memenuhi unsur syariah.

"Untuk awal kita coba dorong di daerah yang kondusif, seperti di Sumatra Barat, Aceh, Riau, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, NTB serta Sulawesi Selatan yang akan dijadikan proyek percontohan," kata Esthy.

"Kami yakin, dengan koordinasi, menyamakan persepsi, bersinergi srta fasilitasi dengan berbagai pihak terkait, Indonesia akan menjadi destinasi utama wisatawan muslim dunia yang dapat berkontribusi untuk peningkatan pertumbuhan business wisata yang signifikan," demikian Esthy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement