REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mira Lesmana kembali menyiapkan film terbarunya. Produser yang selalu menghasilkan film-film berkualitas ini mengangkat perjuangan Butet Manurung dalam mengenalkan pendidikan pada suku Anak Rimba di pedalaman Hutan Bukit Duabelas, Jambi.
Film ini diangkat dari buku Sokola Rimba yang juga ditulis oleh Butet Manurung.
"Terlalu menarik untuk tidak di-share kepada penonton. Petualangan mereka bagaimana menjadi salah satu masyarakat adat, sebagai masyarakat marjinal," ungkap Mira saat ditanya alasannya mengangkat kisah tersebut, ketika ditemui ROL di kantor Miles Production, Rabu (23/10).
Sokola Rimba menurut produser rumah produksi Miles Production ini juga sebagai tempat untuk mengenalkan suku Anak Rimba yang mendiami Hutan Bukit Duabelas kepada publik.
Suku Anak Rimba sebelumnya dikenal dengan beberapa nama, seperti suku Anak Dalam dan Suku Kubu. Yang dalam bahasa setempat "Kubu" berarti bodoh.
Dari sederet cerita yang dituangkan ke dalam buku, Mira dan Riri Riza selaku sutradara memilih bagian saat Butet menemukan Nyungsang Bungo, anak rimba yang cerdas dan serius ingin belajar.
"Di titik inilah Butet tersentuh dan penasaran kenapa anak ini ingin belajar," kata dia.
Di sini, Butet harus menantang dirinya sendiri bagaimana menerapkan metode yang harus dia berikan agar mudah diterima. Juga tantangan dari rombing (kelompok suku Anak Dalam) agar bisa menerimanya.
Bagi suku Anak Dalam sendiri, Mira menuturkan, pendidikan merupakan hal tabu. Bagi mereka pendidikan itu tidak dibenarkan karena bisa membawa malapetaka dan mengganggu adat.
"Ada banyak hal yang bisa kita perlihatkan, bagaimana Butet masuk rimba, bagaimana Rimba menerima dia dan bagaimana Butet mengerti tentang adat," tambahnya.
Film "Sokola Rimba" rencananya tayang pada 21 November mendatang.