REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- oleh: Honesty Rasyid
Komunitas ACMI-Aku Cinta Masakan Indonesia merayakan ulang tahunnya yang pertama. Nah, merayakan ulang tahun tersebut berbarengan dengan kegiatan rutin blusukan pasar. Kali ini yang menjadi pilihan adalah Pasar Muara Karang, yang lokasinya tidak berapa jauh dari sungai Muara Angke dan perumahan disekitar Pluit. Di pasar muara karang inilah terlihat geliat ekonomi sebagian penduduk berpacu.Sambil menikmati sarapan pagi di meeting point Kopitiam, saya berkenalan dengan teman-teman baru. Seru sekali. Tak hanya itu, saya pun memilih menu yang tersedia untuk menganjal perut di pagi hari. Upss.. jika Anda muslim pastikan bahwa makanan yang dipesan sesuai dengan yang diinginkan. Meski ada jaminan bahwa makanan dan minuman yang kita santap, halal.
Banyak pilihan makanan yang bisa pesan, dan lebih asyik lagi semua makanan dimasak saat dipesan. Seperti pagi itu, Mie Hun kuah racikan khas Medan dan roti cane kuah kari yang masih hangat. Kedua makanan ini sangat mantap dan menggoda. Masih banyak pilihan lain, secara umum makanan di tempat ini condong ke makanan melayu yang sarat akan rempah.
Sembari menunggu kedatangan William Wongso dan Santhie Sirad, duo pendiri ACMI, tanpa terasa satu persatu makanan yang dipesan ludes. Saya pun sempat mencicipi Cakue dengan kuah kari. Hmm ini rasanya berbeda dengan yang seperti biasa saya beli, tidak bisa di gambarkan bedanya, silakan Anda coba sendiri.
Sekitar pukul 08.00 WIB tepat, William dan SAnthie datang dengan membawa peyek udang. ''Ini peyek udang yang enak dan gurih,'' kata William sambil menyodorkan makanannya.
Kami pun tak segan untuk mencoba peyek yang disodorkan ini, rasanya, lezat dan gurih.
Sambil menyantap makanan, William pun larut dengan obrolan dengan para peserta blusukan. Menurut dia, acara blusukan ini harus terus rutin dilakukan. ''Saya ingin menggalakkan kembali minat memasak dari rumah, sehingga kultur tradisi kuliner Indonesia bisa dilestraikan,'' ujar William.
Sejalan dengan harapan William inilah kegiatan blusukan atau jelajah pasar ini diadakan. Seperti kata pepatah “tak kenal maka tak sayang”, jika kita tidak mengetahui mengenal bahan baku dengan baik, kecil harapan seseorang untuk mengolahnya.
Kegiatan blusukan ke pasar tradisional ini sangat menarik sekali bagi peserta karena menambah ilmu akan keberagaman jenis dan bahan baku makanan yang ada wilayah Nusantara. Kita semakin tahu betapa beragamnya kuliner lokal dengan rasa yang tak kalah dengan kuliner asing. Yang tak kalah serunya kita bisa bertanya sepuasnya kepada ahlinya. Menarik bukan!.
Acara blusukan pun dimulai. Banyak yang baru dan unik ditemui di pasar ini dibanding pasar tradisional lainnya. Pemandangan pertama, para pedagang disini sangat rapi dan teliti dalam mengelompokkan jenis jualan mereka sehingga berbagai jenis sayuran tersebut tertata rapi. Begitu juga ikan basah dan buah-buahan. Kualitasnya pun beda. Sayuran dan buah-buahanya segar dan pilihan.
Naik ke lantai 2, ada toko yang menjual beragam jenis telur ada disini. Yang paling menarik perhatian adalah telur asin medan yang kuning telur bebeknya berwarna kemerahan dan rasanya pun lebih gurih dibanding telur asin lain. Ada telur pitan atau disebut nama telur hitam. Atau lebih popular lagi dengan nama telur seribu tahun. Telur ini makanan khas etnis tionghoa yang proses pembuatannya dengan mengawetkan jenis telur itik atau telur ayam di dalam campuran lempung, abu, garam, kapur tohor dan sekam selama beberapa minggu bahkan sampai bulanan. Setelah masa pengawetan berakhir, bagian kuning telur akan berubah hijau kehitaman sementara putih telurnya berubah warna kecoklatan bening transparan seperti agar-agar. Karena aroma telur pitan yang menyengat (bau belerang dan ammonia) banyak orang tak menyukai telur ini.
Melanjutkan blusukan ke tempat penjualan ikan basah. Saya menemukan Teripang dengan mutu terbaik . Harganya, hmm mulai 750 ribu sampai dengan 1,5 juta per kg-nya. Saya juga menemukan juga ikan Salmon segar. Konon di negara asalnya Norwegia, ikan ini mahal sekali.
Dua jam blusukan tanpa terasa, perjalanan diakhiri di rumah makan Tabona- di jl. Pluit Sakti Raya- no : 65 Jakarta Utara, menikmati bihun kari ayam yang sangat berasa karinya. Segelas juice markisa medan mengobati dahaga yang cukup terasa. Perut kenyang hadiah pun menanti para peserta. Pertanyaan seputar blusukan pasar berbuah voucher dan hadiah lainnya bagi peserta yang bisa menjawabnya . Sebagai buah tangan, bika mbon medan, getuk dan ongol-ongol medan menambah sempurna dan komplit perjalanan blusukan kali ini .
Sampai ketemu di acara blusukan pasar selanjutnya.