Selasa 06 Aug 2013 06:02 WIB

Film Perang Sri Lanka Bollywood Picu Kontroversi

Film produksi Bollywood, Madras Cafe
Foto: crazy4bollywood.com
Film produksi Bollywood, Madras Cafe

REPUBLIKA.CO.ID, MUMBAI -- Bollywood memicu kontroversi melalui film thriller mata-mata terbaru mereka, "Madras Cafe", yang penggambarannya tentang pemberontak dalam perang saudara Sri Lanka telah menyuarakan keprihatinan di kalangan populasi Tamil India yang cukup besar.

Film itu, yang mulai tayang di India bulan ini, menampilkan John Abraham sebagai agen rahasia India tak lama setelah pasukan penjaga perdamaian yang dikirim oleh New Delhi ke Sri Lanka terpaksa ditarik pada tahun 1990 setelah pertempuran tiga tahun dengan pemberontak Macan Tamil.

Sutradara Shoojit Sircar menggambarkan "Madras Cafe", yang pengambilan gambarnya dilakukan di negara bagian barat daya India Kerala, sebagai film politis bergenre keras yang menampilkan konspirasi dan spionase.

India memiliki populasi Tamil besar dan aktif secara politik di bagian selatan. Para aktivis India Selatan telah menyuarakan keprihatinan mereka atas penggambaran film itu tentang pemberontak dalam konflik berdarah tersebut.

Meskipun demikian Sircar bersikeras bahwa film yang berlatarbelakang pada awal tahun 1990, tidak berpihak. "Pesan besar adalah bahwa dalam perang saudara, warga sipil yang paling menderita," katanya.

Sekalipun karakter utama dalam film ini adalah fiktif, Sircar mengatakan ia telah "menggunakan referensi nyata, menggambarkan kelompok pemberontak, pejuang kemerdekaan revolusioner, Pasukan Penjaga Perdamaian India (dan) menunjukkan bagaimana keterlibatan India dan kekacauan yang terjadi".

Konflik di Sri Lanka yang mengklaim 100 ribu korban tewas tersebut meletus pada tahun 1983 antara pasukan pemerintah dan Kelompok Pembebasan Macan Tamil Eelam (LTTE), yang berperang untuk mendirikan sebuah negara merdeka bagi etnis Tamil. Kedua belah pihak dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia.

Pada tahun 1987, Perdana Menteri India Rajiv Gandhi mengirim pasukan penjaga perdamaian dalam upaya untuk mengakhiri konflik tetapi intervensi gagal. Langkah itu menuai kritik di dalam negeri dan membuat hubungan kedua negara tegang. Ketika Gandhi dibunuh pada tahun 1991, LTTE adalah tersangka utama.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement