Ahad 02 Jun 2013 13:07 WIB

Review Film: Evil Dead

Red:
Evil Dead
Evil Dead

REPUBLIKA.CO.ID, Another remake. Or reboot. Apapun itu, satu lagi film klasik Hollywood dibuat ulang untuk generasi yang lebih muda. The Evil Dead (1981), sebuah horor lawas garapan sutradara Sam Raimi, kembali muncul di layar lebar dengan judul lebih sederhana, Evil Dead. The Evil Dead bisa dibilang adalah salah satu pionir formula tipikal horor, yaitu setting satu tempat terpencil, dan sekelompok anak muda dengan masing-masing sifat dan stereotip. Meskipun sekuel-sekuelnya, Evil Dead 2 dan 3 berubah genre dengan cenderung ke aksi thriller/fantasi, seri Evil Dead tetap mendapat tempat di hati penggemar horor 80an.

The Evil Book

32 tahun berselang sejak film aslinya, dan 21 tahun dari sekuel terakhirnya, remake Evil Dead (2013) menceritakan sekelompok sahabat, Mia dan kakaknya David, Eric, Olivia, dan kekasih David, Natalie, melakukan reuni di sebuah pondok tua milik keluarga Mia dan David. Tujuan mereka sebenarnya hanya satu, memaksa Mia untuk berhenti menggunakan narkoba, meski dengan cara keras, karena usaha-usaha sebelumnya selalu gagal. Yang mereka tidak ketahui, pondok tua tersebut telah digunakan untuk melakukan ritual misterius untuk membasmi setan dan iblis dari neraka. Mereka menemukan sebuah buku tua yang tersegel rapat di ruang bawah tanah yang penuh dengan bangkai kucing serta bekas kebakaran. Penasaran, Eric membuka buku tersebut, dan membaca dengan lantang sejumlah kalimat aneh yang menyertai gambar-gambar mengerikan. Segera setelah kalimat-kalimat tersebut diucapkan, peristiwa-peristiwa ganjil dan menyeramkan pun terjadi.

The infamous Evil Tree scene, remade

Secara garis besar, jalan cerita Evil Dead dengan The Evil Dead tidak berbeda jauh, termasuk beberapa adegan kunci, seperti pohon iblis dan gergaji mesin. Hanya saja, kali ini tokoh utamanya adalah wanita, yaitu Mia (Jane Levy), menggantikan tokoh Ash yang diperankan Bruce Campbell. Porsi horor dan gore masih dominan, namun versi 2013 menghilangkan unsur komedi yang berperan besar dalam film aslinya. Dalam The Evil Dead, adegan sadis yang ditampilkan selalu over the top sehingga tampak komikal, sementara Evil Dead menggambarkannya dengan lebih serius. Evil Dead juga memanfaatkan kecanggihan teknologi dengan camera work dan sinematografi cantik sepanjang film, menghasilkan visual yang apik. Uniknya, sutradara Fede Alvarez justru tidak menggunakan animasi CGI, dan sepenuhnya melakukan efek praktikal agar menghasilkan adegan yang nyata.

Peek a boo

Kelemahan Evil Dead sesungguhnya adalah film aslinya sendiri. Komparasi dari penggemar yang tidak terhindarkan cenderung negatif. Dari sudut pandang penonton awam, formula sekelompok manusia terjebak di satu lokasi juga tidak bisa dibilang istimewa dan dicap predictable. Hal tersebut tidak tertolong dengan kualitas akting para aktor utama. Mungkin, naskah dan dialog lebih patut disalahkan dibanding aktor, namun chemistry antar tokoh dan reaksi-reaksi yang ditampilkan sama sekali tidak mengundang simpati penonton. Masalah semacam ini memang umum ditemui di film horor low budget, namun, mengingat nama besar The Evil Dead, penggemar mungkin berharap ada perbaikan dalam remake ini.

Ash. Female version

Remake memang akan selalu mengundang perbandingan dan argumentasi. Evil Dead pun tidak dapat menghindari itu. Overall, Evil Dead memuaskan dari segi visual dan suspens, namun plot dan karakter yang lemah jadi pengganjal. Setidaknya, cameo super singkat dari Bruce Campbell setelah end credits bisa memicu spekulasi, apakah peristiwa dalam Evil Dead ini benar-benar berdiri sendiri, atau akan berhubungan dengan jalan cerita Ash di film aslinya. Sekuel?

sumber : http://movie.loveindonesia.com/en/review/detail/107/review-evil-dead
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement