Selasa 05 Feb 2013 08:04 WIB

Olahraga Juga Penting, Jangan Matikan Kecerdasan Fisik si Kecil

Bocah dengan kecerdasan kinestetis tinggi akan lebih aktif dan unggul dalam bidang olahraga dibanding teman-temannya (ilustrasi)
Foto: LOVINGYOURCHILD.COM
Bocah dengan kecerdasan kinestetis tinggi akan lebih aktif dan unggul dalam bidang olahraga dibanding teman-temannya (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Kecerdasan kinestetis kerap diremehkan. Bagaimana agar potensi ini tidak jadi mubazir?

Sabtu merupakan hari yang dinantikan Sheva (7 tahun). Ayah dan ibu telah menjadwalkan Sabtu sebagai hari olahraga keluarga.

Sheva bersama adiknya, Dira (4), diajak lari-lari keliling stadion Senayan. Setelah itu, ayah mengajak Sheva bermain bola. Dira bersama ibu naik sepeda di sekitar lapangan.

Kegemaran Sheva berolahraga tampak pula di sekolah. Selain jago basket dan sepak bola, beberapa kali ia meraih juara atletik mewakili sekolahnya. Beberapa bulan lalu, ia ingin masuk les sepak bola anak-anak. Tapi, Diana, ibu Sheva, menggelengkan kepala.

Alasannya, olahraga sekadar hobi, tak perlu pendalaman. Lebih baik Sheva mengikuti les pelajaran, membenahi prestasi akademisnya yang jeblok.

''Saya ingin Sheva kuliah di ekonomi supaya sukses secara finansial, bukan menjadi atlet yang masa masa depannya belum jelas,'' kata Diana. Benarkah anak-anak yang memiliki kecerdasan fisik (kinestetik, red) tidak memiliki masa depan yang cerah?

Terkendali dan bertujuan

Menurut Prof Howard Gardner, setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda dengan kadar pengembangan yang berbeda pula. Psikolog dari Harvard University ini mengembangkan model multiple intelligences.

Ia membagi kecerdasan menjadi delapan macam kecerdasan, di antaranya kinestetik, yaitu kecerdasan fisik.

Kecerdasan kinestetik sejajar dengan tujuh kecerdasan lain, yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logik matematik, kecerdasan visual dan spasial, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.

Apa maksud kecerdasan fisik atau kinestetik itu? Kecerdasan fisik (kinestetik.red) yaitu kemampuan seseorang untuk mengungkapkan ide, kekuatan, keterampilan dan mengekspresikan dirinya terkait dengan olah tubuh. Anak-anak kinestetik ini menyukai hal-hal berkaitan dengan gerak, seperti berolah raga, seni (pantomim, akting, koreografer), dan keterampilan tangan.

Tipe kinestetik anak, katanya, sudah bisa terlihat sejak usia empat tahun. Anak tersebut senang bergerak. Saat masuk ke bangku sekolah, gelagatnya lebih nyata.

Anak kinestetik menyukai olahraga, lebih memilih  ekstrakurikuler olahraga dibandingkan sains. Tapi, lanjut Ike, ''maksud bergerak di sini tentu saja bergerak yang masih terkendali, teratur, bukan gerakan asal-asalan dan tak bertujuan.''

Keunggulan anak kinestetik, sangat cepat menghafal berkaitan dengan gerakan dan urutan. Menari, misalnya, membutuhkan gerakan yang berurutan, tidak asal gerak. Begitu pula olahraga.

''Anak-anak termasuk kinestetik terlihat ketika menari sangat luwes, terampil, tidak kaku. Olahraga pun begitu, semangat, lincah, menguasai, dan lebih unggul dibandingkan yang lain.''

Sayangnya, kelebihan anak kinestetik ini sering kali dibenamkan oleh orangtuanya. Banyak kalangan, termasuk orangtua menganggap, kecerdasan fisik urutan nomor sekian dibandingkan prestasi sekolah (akademik, red).

 Mahir di bidang olahraga atau seni tidak menjamin kehidupan yang layak. Makanya, banyak orangtua lebih bangga anaknya sukses di bidang sains dan bahasa dibandingkan bidang olahraga atau seni. Akibatnya anak-anak yang memiliki kecerdasan fisik merasa kurang dihargai.

Selain itu, telanjur ada anggapan anak yang memiliki kecerdasan fisik pasti lemah di bidang akademik.

''Anggapan itu tidak bisa dibenarkan," ujarnya. "Sebab, kata dia, banyak juga anak yang memiliki kecerdasan fisik, mendapat nilai bagus pula pelajaran lainnya. Ini semua tergantung dari gaya belajar yang ditanamkan orangtua. (bersambung)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement