REPUBLIKA.CO.ID, Menggigit. Sebagian besar balita suka menggigit orang yang mengesalkannya pada usia satu hingga tiga tahun. Sebenarnya, mereka menggigit karena beragam alasan. Yang paling umum, menggigit, adalah cara komunikasi yang paling efektif bagi mereka saat membutuhkan sesuatu atau frustrasi. Maklumlah, keterampilan verbalnya belum maju.
Anak yang suka menggigit orang lain kerap membuat ayah bundanya malu dan jengkel. ''Tak diragukan lagi, menggigit adalah perilaku yang paling dicemaskan orang tua,'' kata Dr Penelope Leach tentang anak yang suka menggigit.
Menurut pakar anak-anak dari Inggris ini, melempar barang dan bahkan menendang mungkin lebih berbahaya. Tapi, mengigit adalah perilaku unik karena terasa hingga menembus daging. Belum lagi perasaan diteror pada si korban yang biasanya sesama anak-anak. ''Tak heran, anak yang suka menggigit sering kali terasing di play group, dan orang tua mereka pun merasa jadi orang tersingkir,'' kata Leach.
Gigi (dan juga 'cakar') adalah senjata alami semua mamalia muda. Maka, kata Leach, begitulah insting pertama si kecil untuk menggunakannya saat ia merasa terancam atau memerlukan sesuatu. Ia tak paham bahwa menggigit (mencubit dan menarik rambut) itu terlarang, dan perbuatan tak bisa diterima. Jadi, saat ia menggigit, bahkan jika ia melakukannya dengan lembut ataupun bermain, segera dan katakanlah dengan jelas bahwa menggigit adalah perbuatan yang tak bisa diterima.
Terkadang ciuman sayang bisa berubah menjadi gigit-gigitan gemas. Bila mereka melakukannya, pindahkan dia dari pangkuan dengan pernyataan tegas. ''Nggak boleh menggigit.'' Balita masih terlalu muda untuk mendengar penjelasan panjang lebar tentang mengapa menggigit itu tidak baik. ''Cukup katakan padanya, ia tak boleh menggigit dalam keadaan apa pun,'' kata Leach.