Ahad 16 Dec 2012 22:20 WIB

40 Persen Anak Indonesia tidak Biasa Sarapan

Malas sarapan (ilustrasi)
Foto: Heri Ruslan/Republika
Malas sarapan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  BOGOR -- Sekitar 20 hingga 40 persen anak-anak Indonesia tidak terbiasa untuk sarapan, demikian menurut pakar gizi Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Ir Hadinsyah, MS. 

"Padahal sarapan ini sangat penting dalam mencetak sumber daya manusia yang berkualitas," kata Hadinsyah dalam acara Kampanye Sarapan Sehat di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Ahad (16/12).

Prof Hadinsyah menyebutkan berdasarkan hasil Riskesdas 2010 kontribusi energi dan zat gizi sarapan anak Indonesia usia 2-12 tahun dibawah 25 persen dari kebutuhan Angka Kebutuhan Gizi (AKG).

Sarapan sehat setidaknya menyumbang 25 persen asupan gizi. Selain itu, rata-rata 50 persen anak yang mempunyai kebiasaan sarapan sehat sebelum berangkat sekolah.

Sementara itu, berdasarkan referensi dari hasil survey yang dilakukan Hardinsyah dan Aris pada 2012, pada 35.000 anak usia sekolah (6-12 tahun) diketahui 26,1 persen anak hanya sarapan dengan minuman (air, teh dan susu).

"Hasil survey lainnya 44,6 persen anak sarapan dengan kualitas rendah atau jumlah konsumsi energi kurang dari 15 persen AKG," katanya.

Lebih lanjut Prof Handinsyah mengemukakan, kualitas kesehatan dan perilaku makan anak sekolah secara nasional masih rendah. Hal ini nampak dari kualitas sarapan anak Indonesia yang masih sangat rendah.

"Berdasarkan hasil peneltian, anak usai sekolah dengan status gizi kurang apabila tidak sarapan akan terjadi penurunan kemampuan kognitif atau daya tangkap," katanya.

Menurut Prof Herdinsyah, sarapan tersebut penting sebagai pilar gizi seimbang, sesuai dengan amanat Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan.

Dalam undang-undang tersebut menyebutkan, salah satu upaya perbaikan gizi masyarakat baik perorangan ataupun kelompok adalah dengan gizi seimbang.

Di dalam Undang-Undang dijelaskan gizi seimbang adalah asupan makanan minuman yang memenuhi kebutuhan gizi sehingga tercegah dari gizi kurang dan gizi lebih. "Indikatornya sederhananya gampang, liat orang itu kekurangan atau lebih gizi," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement