REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Beberapa peneliti telah mendapati bahwa anak yang lahir dari ibu yang merokok lebih dari satu pak per hari selama hamil harus berjuang saat tes yang dirancang untuk mengukur seberapa tepat seorang anak bisa membaca dengan suara keras dan memahami isi bacaan.
Jeffrey Gruen, Profesor Ilmu Kesehatan Anak di Yale University School of Medicine, dan rekannya menganalisis data dari lebih 5.000 anak yang terlibat dalam Avon Longitudinal Study of Parents and Children.
Kegiatan tersebut adalah studi berskala besar yang melibatkan 15.211 anak dari 1990 sampai 1992 di University of Bristol, Inggris. Hasilnya diterbitkan pekan ini di Journal of Pediatrics.
Gruen dan timnya dari Yale and Brock University di Kanada membandingkan penampilan anak pada tujuh tugas khusus --kecepatan membaca, pengenalan satu kata, ejaan, ketepatan, membaca nyata dan non-kata, dan pemahaman bacaan-- dari ibu yang merokok saat hamil.
''Mereka menyesuaikan status sosial-ekonomi, interaksi ibu-anak, dan 14 faktor potensial lainnya,'' demikian laporan Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa.
Mereka mendapati secara rata-rata, anak yang terpajan pada tingkat nikotin tinggi di dalam rahim --yang didefinisikan sebagai jumlah minimum satu pak rokok per hari-- memiliki catatan 21 persen lebih rendah dalam ketujuh bidang tersebut dibandingkan dengan teman sekelas mereka yang dilahirkan dari ibu yang tidak merokok. Anak-anak itu diuji pada usia tujuh tahun dan diuji lagi pada usia sembilan tahun.
Di antara siswa yang memiliki pendidikan dan latar-belakang serupa, seorang anak dari ibu perokok itu akan secara rata-rata berada pada posisi ketujuh di kelas dengan 31 siswa dalam kemampuan pemahaman dan ketepatan membaca.
"Itu bukan perbedaan kecil. Itu adalah perbedaan besar dalam ketepatan dan pemahaman pada saat kritis ketika anak dites. Itu memiliki pengertian mengenai apa arti keberhasilan," kata Gruen.