Senin 12 Nov 2012 09:31 WIB

Mengapa Orang Hobi Menumpuk Barang?

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Karta Raharja Ucu
Ilustrasi.
Foto: IST
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Coba tengok, apakah Anda termasuk orang yang sayang membuang barang-barang bekas, alias selalu menimbun barang? Jika jawabannya iya, berarti Anda terkena efek endowment.

Secara psikologis, kegiatan menimbun barang karena ia menghargai sesuatu, atau merasa barang tersebut memiliki arti spesial untuk dirinya. Tak jarang ada yang suka menyimpan ratusan karet gelang, menumpuk puluhan kartu ucapan Selamat Lebaran, atau mengoleksi banyak baju. Menurut Psikolog Daniel Kahneman, fenomena tersebut adalah efek endowment.

Daniel melakukan satu percobaan sederhana pada sekelompok mahasiswa disebuah universitas. Secara acak, setengah dari mereka diberikan cangkir cantik. Setengah lainnya diberikan uang tunai enam dolar AS. Seluruh mahasiswa kemudian diminta bertransaksi jual beli. Si pemilik cangkir diminta menjual cangkirnya.

Di sinilah teori ekonomi mengalahkan teori psikologi. Hasilnya, mereka yang memiliki cangkir rata-rata tak mau menjual cangkirnya di bawah harga lima dolar AS. Sedangkan mereka yang memiliki uang tunai hanya bersedia membeli cangkir dengan harga rata-rata 2,5 dolar AS.

Kejadian tersebut mengindikasikan orang-orang yang memiliki satu barang (si pemilik cangkir), cenderung lebih menghargai barangnya dibandingkan orang lain (si pemilik uang), yang cenderung ingin memiliki barang mewah dengan harga murah.

Hal ini pula yang mendasari mengapa dalam sebuah proses lelang, si pemilik barang hanya akan menjual barangnya pada penawar harga tertinggi.

Lalu, bagaimana jika barang yang dimiliki seseorang sudah menumpuk? Terpaksa orang yang bersangkutan harus menguranginya. Bayangkan jika rumah Anda penuh dengan barang-barang yang sebetulnya tak Anda perlukan lagi.

"Biasakan mengonsep diri Anda dengan kata cukup, cukup, dan cukup," kata Kahneman, dikutip dari BBC, Senin (12/11).

Sebelum memutuskan membeli sesuatu, seseorang diminta berpikir apakah itu adalah hal yang benar-benar dibutuhkan, atau hanya sekadar hal yang dia inginkan. Setelah mempertimbangkan hal ini, maka orang itu tak perlu repot-repot menimbun barang dikemudian hari.

sumber : BBC
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement