Sabtu 15 Sep 2012 09:33 WIB

Bayi Sulit Makan? Ini Dia Masalahnya (1)

Rep: Wachidah Handasah/ Red: Endah Hapsari
Bayi susah makan/ilustrasi
Foto: nymetroparents.com
Bayi susah makan/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,

Memberi makan pada bayi ternyata tidak selalu gampang. Mungkin ada ibu yang tidak menemui masalah berarti dalam memberi makan bayinya. Tapi sebaliknya, ada ibu lain yang menemui banyak kesulitan. Untuk membantu Anda, simak saja paparan tentang lima masalah makan pada bayi berikut tips mengatasinya. 

Muntah kecil 

Ini biasanya terjadi pada bayi baru lahir hingga berusia enam bulan. Kalau Anda perhatikan, bayi umumnya sering mengalami muntah kecil (orang Jawa biasa menyebutnya gumoh) setelah makan. Ini terjadi karena sistem pencernaan bayi yang belum sempurna. Tak seperti pada anak-anak yang lebih besar, pada bayi seusia ini umumnya otot yang berfungsi menahan isi perut belum menutup dengan sempurna. Akibatnya, makanan yang baru saja ia telan, mudah sekali keluar kembali. 

Banyak ibu yang cemas kalau bayinya kerap muntah-muntah kecil seperti ini. Tapi menurut Susan B Roberts PhD, profesor gizi dari Tufts University, muntah-muntah kecil ini bukan sesuatu yang patut Anda cemaskan, dengan catatan berat badannya normal, alias selalu mengalami peningkatan sebagaimana mestinya. Pertanda lain bahwa bayi Anda cukup mendapatkan makanan adalah apabila ia buang air kecil enam sampai 10 kali sehari. Apakah bayi Anda juga begitu? Jika demikian, Anda tak perlu cemas. 

Tapi ada baiknya, Anda melakukan upaya untuk mengurangi atau mengatasi kebiasaan muntahnya. Langkah pertama, cobalah memberi makan si kecil hanya ketika ia lapar. Anda tentu tahu tanda-tandanya jika ia lapar. Nah, ketika menyuapi, posisikan dia agak tegak dan sesekali tepuk-tepuk punggungnya. Dengan cara ini, mudah-mudahan si kecil tak muntah-muntah lagi. Namun Anda perlu waspada, kalau bayi Anda muntah-muntah terlalu sering, apalagi jika berat badannya tak kunjung naik, rewel, dan tampak kesakitan. Jika bayi Anda menunjukkan gejala seperti ini, segera bawa dia ke dokter. 

 

Mengenalkan makanan padat 

Makanan padat disarankan mulai diperkenalkan ketika bayi berusia empat bulan. Ketika bayi mulai mendapat makanan padat, apalagi kalau ia mulai menyenangi itu, biasanya volume minumnya jadi berkurang. Begitu pun ASI (Air Susu Ibu) atau susu formulanya. Kadang-kadang, hal ini membuat ibu agak bingung: mana yang lebih penting, gizi dalam susu atau dalam makanan? 

Dalam hal ini, Anda perlu catat bahwa ASI atau susu formula masih merupakan bagian yang sangat penting dalam makanan sehari-harinya, walaupun ia sudah mulai mengonsumsi makanan padat. Ini karena lemak susu sangat penting untuk pertumbuhan otaknya, dan kalsium akan membantu pertumbuhan tulang dan giginya. Tapi, menurut Susan, masih aman dan sehat, jika Anda secara perlahan mengurangi asupan cairan, termasuk susu, untuk si kecil. ''Sepanjang pertumbuhan badannya tetap normal, Anda tak perlu mengkhawatirkan hal ini,'' katanya. 

 

Si kecil suka ngemil 

Siapa bilang, cuma orang dewasa saja yang suka ngemil. Anak-anak, bahkan bayi pun tak sedikit yang punya kebiasaan ini. Kini perhatikan bayi Anda, apakah ia termasuk kelompok ini? Biasanya, kegemaran ngemil dimulai ketika bayi mulai merangkak atau belajar berjalan. Pada masa ini, tak ada yang paling menyenangkan hatinya kecuali bergerak ke sana kemari. Pendek kata, ia lebih suka bergerak ketimbang duduk dan makan.

Makan makanan kecil sepanjang hari memang memungkinkan dia tetap mendapatkan asupan kalori yang dibutuhkan untuk mendukung aktivitasnya. Walau begitu, bukan berarti Anda boleh bernapas lega. Sebab, dari ngemil, sulit bagi si kecil untuk mendapatkan asupan makanan sehat dengan kandungan gizi yang baik. Mengapa demikian? ''Sebab, makanan ringan umumnya memang kurang bergizi,'' kata Susan. 

Nah, untuk mengatasinya, Anda mesti mengupayakan agar makanan ringan yang dikonsumsi si kecil memiliki kandungan gizi dan kalori yang setara dengan jika ia makan seperti biasa. Dalam hal ini, ada beberapa pilihan makanan ringan yang bisa diberikan pada anak yang suka ngemil, misalnya: sereal, pisang, atau keripik keju. Makanan ringan ini disarankan untuk diberikan pada anak Anda karena banyak mengandung vitamin dan mineral. 

Apakah Anda akan membiarkan si kecil dengan kebiasaan ngemilnya? Sebaiknya tidak. Anda disarankan untuk terus-menerus melatih dia agar memiliki kebiasaan makan yang baik. Pada anak yang memang sudah suka ngemil, mungkin upaya ini tidak terlalu mudah dilakukan. Tapi tetaplah berusaha. Salah satu jurus yang bisa Anda terapkan, ajaklah si kecil untuk ikut duduk bersama Anda dan keluarga di sekeliling meja makan ketika waktu makan tiba.

Awalnya, tak perlu tiga kali sehari, tapi cukup satu kali saja. Agar ia bisa duduk dengan nyaman, Anda perlu menyediakan kursi makan khusus untuknya. Ketika ia berumur dua tahun, tingkatkan frekuensi kebersamaan Anda dan dia di meja makan. Dari yang semula satu kali, menjadi dua atau bahkan tiga kali. Sementara itu, batasi frekuensi ngemilnya menjadi paling banyak dua kali sehari saja. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement