Rabu 12 Sep 2012 12:07 WIB

Ini Dia Pemicu Depresi pada Anak

Rep: Joko Sadewo/ Red: Endah Hapsari
Anak depresi kerap terlihat murung. Ilustrasi.
Foto: babble.com
Anak depresi kerap terlihat murung. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, Cukup banyak hal yang bisa menyebabkan seorang anak mengalami depresi. Dalam hal ini, Heriani menyebut beberapa faktor yaitu faktor biologis, faktor psikologis edukasi (pendidikan dan suasana rumah), serta lingkungan sosial. Secara biologis, depresi bisa muncul jika terjadi gangguan pada neurotransmiter pada saraf.

 

Gangguan ini mengakibatkan kadar serotonin, nor-adrenaline, dan dopamine tidak seimbang. Depresi juga bisa muncul karena salah asuh di rumah. Anak yang mendapat perlakuan tidak mengenakkan dari orangtuanya cenderung mudah marah dan tidak puas. ''Tapi anak tidak tahu cara melampiaskannya sehingga pelampiasannya ke dirinya sendiri,'' kata Dokter Heriani SpKJ, psikiater dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.

Di antara contoh perlakuan orangtua yang tak mengenakkan adalah terlalu menuntut, selalu menyalahkan, tidak menghargai, atau sering berkata/berlaku kasar. Jika perlakukan seperti ini terus menerus diterima anak, sementara lingkungan sosial maupun sekolah juga menyudutkannya, maka anak bisa mengalami depresi. Ditegaskan Heriani, di sekolah maupun lingkungan pergaulan lainnya, anak-anak juga bisa mengalami berbagai kekecewaan. Misalnya, anak sebaya dia umumnya sudah bisa melakukan sesuatu. 

Kalau ternyata si anak tidak bisa, maka dia akan diledek oleh teman-temannya. ''Hal ini akan membuat dia kesal dengan dirinya sendiri. Dia akan bertanya-tanya kenapa tidak bisa melakukan seperti yang orang lain lakukan.'' Akibatnya si anak menjadi tidak percaya diri, dan akhirnya depresi. Dengan kondisi ini, maka orangtua seharusnya tidak menambah tekanan. Orangtua justru harus membantu membangun kepercayaan diri si anak. 

Menurut Heriani, setiap anak pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. ''Berikan semangat dan dorongan pada anak dengan memberi perhatian pada hal-hal yang menjadi kelebihan si anak. Dan secara perlahan anak bisa didorong untuk memperbaiki hal-hal yang menjadi kelemahannya.'' Lebih jauh Heriani menjelaskan, seorang anak yang secara biologis punya potensi mengalami depresi akibat punya keterlambatan tertentu, belum tentu akan terkena depresi. Misalnya, ada anak yang mengalami gangguan perkembangan, tapi dengan orangtua yang memperhatikan dan memberi terapi kekurangan itu, maka anak akan menjadi tetap percaya diri.

''Apalagi bila lingkungan tempat si anak tumbuh juga menerimanya, maka besar kemungkinan dia tidak akan mengalami depresi.'' Tapi ada juga yang secara biologis cerdas, tapi orangtuanya salah urus. ''Anak cerdas itu biasanya kan tidak bisa diam dan banyak tanya. Nah, orangtua yang tidak paham malah menganggap anak ini cerewet dan tak bisa diam. Malah anak kemudian dipukul, disalahin. Ini yang justru membuka peluang anak mengalami depresi,'' paparnya. Jadi, sebaiknya para orangtua bisa memahami bahwa anak-anak pun bisa mengalami depresi. Dengan kesadaran demikian, maka orangtua bisa lebih memperhatikan dan membimbing mereka dengan pola asuh yang benar. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement