Senin 20 Aug 2012 07:31 WIB

Agar Masa Depan Anak Cerah, Jangan Remehkan Hal Ini (1)

Rep: Rosita Budi/ Red: Endah Hapsari
Anak sehat/ilustrasi
Foto: supermomcentral.blogspot.com
Anak sehat/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Semua orang tua pasti mendambakan anak yang sehat dan cerdas, yaitu yang bisa merespons, menjawab, atau mengatasi masalah yang diha– dapi dengan baik. Untuk meraihnya, diperlukan status gizi dan kesehatan yang baik, serta mendapatkan stimulasi dan pendidikan yang tepat. Asupan yang kurang tepat bisa memberikan pengaruh yang kurang baik saat dewasa nanti. Misalnya stamina yang lemah dan tingkat kecerdasan yang kurang maksimal. 

Menurut ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Hardinsyah, jika terjadi defisiensi zat gizi, akan menyebabkan orang mudah sakit, terutama anak-anak. “Gizi yang kurang bisa menyebabkan imunitas rendah dan membuat anak mudah sakit,” katanya di Jakarta, pekan lalu. 

Imbas kekurangan gizi pada anak, menurut Hardinsyah, bisa berakibat hingga dewasa. Sebagus-bagusnya anak yang gizinya kurang, prestasinya tidak akan bisa menyamai yang pemenuhan gizinya cukup dan tepat. Waktu yang paling krusial untuk memenuhi gizi anak agar tumbuh kembangnya maksimal adalah seribu hari pertama dalam hidupnya. “Yaitu sejak anak di dalam kandungan, hingga nanti berusia sekitar dua tahun,” imbuhnya. 

Bahkan, lanjutnya, gizi yang baik harus dipenuhi sejak sebelum hamil. Jika seorang calon ibu merencanakan untuk hamil, maka harus mulai memperhatikan asupan gizinya agar anaknya nanti bisa tumbuh dan berkembang secara ideal. 

Masa seribu hari pertama ini paling banyak membutuhkan berbagai asupan vitamin dan mineral yang diperoleh dari protein. Ini karena pada masa tersebut sel-sel tubuh sedang tumbuh dan banyak melakukan pembelahan. “Untuk itu, diperlukan zat-zat untuk perkembangan dan membantu pembelahan sel tubuh secara maksimal,” paparnya. 

Asupan gizi yang paling tepat untuk diberikan kepada anak, menurut dokter spesialis anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) – Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr Damayanti Rusli Sjarif SpA(K), harus disesuaikan dengan usia dan perkembangan tubuhnya.

Banyak orang tua, terutama yang baru pertama kali melahirkan anak, melakukan kesalahan dalam pemberian asupan makanan. “Paling parah dan sering ditemui adalah bayinya diberi pisang. Padahal bayi di bawah sembilan bulan belum bisa menghasilkan enzim untuk mencernanya,” jelasnya. 

Kesalahan-kesalahan pemberian asupan makanan ini, menurut Damayanti, bisa memberikan dampak yang kurang baik pada masa depan anak. Bahkan banyak bayi yang meninggal karena salah diberi makan. 

Karenanya orang tua harus tahu, asupan makanan apa saja yang perlu diberikan pada anaknya. Misalnya untuk bayi hingga enam bulan, tidak boleh mendapatkan asupan lain selain air susu ibu (ASI).

Setelah lebih dari enam bulan, diperlukan makanan pendamping ASI (MP ASI) karena tumbuh kembang bayi membutuhkan zat-zat yang lebih banyak. “Pada periode ini, ASI saja tidak cukup. Makanan tambahan ini juga disesuaikan dengan perkembangan sang bayi, dari yang teksturnya lembut hingga lebih kasar dan akhirnya makanan padat, sesuai dengan perkembangan alat pencernaannya,” jelas Damayanti. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement