REPUBLIKA.CO.ID, Bagaimana dengan anak tidak memiliki sepupu yang sebaya di keluarga besarnya? Anak usia SD dan remaja akan lebih betah jika dapat bertukar cerita dan bermain dengan saudara yang tak terpaut jauh usianya. Meski demikian, ketiadaan saudara sepantar bukanlah penghalang untuk turut merasakan nikmatnya silaturahim. “Namun, bila anak merasa bosan, kita perlu memahami perasaan anak,” tutur psikolog anak Ine Indriani MPsi.

Wajah murung si kecil merupakan salah satu isyarat ketidaknyamanannya pada situasi. Cobalah berempati dengan perasaannya. Bantu ia mengusir rasa bosan dengan mengeluarkan mainan favoritnya. “Jadi, jangan lupa membawa mainan kesukaan anak saat bepergian,” saran psikolog yang berpraktik di RS Pantai Indah Kapuk ini.

Dengan begitu, tak ada alasan untuk tidak mengajak anak. Terlebih, ia juga membutuhkan pengalam an mempraktikkan nilai agama dan nilai kehidupan di lingkup keluarga. Agar anak lebih paham, orang tua juga perlu memberi pengertian tentang pentingnya silaturahim. Berikan apresiasi, seperti pujian dan ucapan terima kasih atas kesabaran anak menunggu ayah dan bundanya yang sedang bersilahturahim. “Te rima kasih ya, kamu sudah mau bersabar menunggu mama papa. Kami bangga sama kamu,” ujar Ine memberi contoh.

Setelah kumpul dengan keluarga yang tidak ada anak kecilnya, orang tua juga bisa mampir ke rumah saudara lain yang memiliki anak sepantar dengaan si kecil. Anak yang lebih besar terkadang ada juga yang enggan ikut kumpul keluarga. Orang tua perlu menelusuri lebih lanjut penyebab ananda malas datang ke halalbihalal keluarga. “Mungkin ada masalah tententu, misalnya, dia tidak suka dengan suasananya, ada pengalaman tidak nyaman saat berkumpul dengan keluarga, atau lainnya,” kata Ine mengungkapkan sejumlah kemungkinan penyebab.

Ikuti Whatsapp Channel Republika