Senin 09 Apr 2012 03:10 WIB

Bernostalgia di New Majestic

Rep: djoko suceno/ Red: M Irwan Ariefyanto
Pedicab drivers gather before Gedung Sate in Bandung and hold a protest to support the fuel price hikes. (illustration)
Foto: en.wikipedia.org
Pedicab drivers gather before Gedung Sate in Bandung and hold a protest to support the fuel price hikes. (illustration)

REPUBLIKA.CO.ID,Kota Bandung masih menyimpan sejumlah bangunan tua yang masuk cagar budaya. Dari sekian banyak bangunan tua tersebut yaitu New Majectic, Jl Braga No 1, Kota Bandung. Gedung ini sebelumnya bernama Asia Africa Culture Center (AACC). Bila ditarik jauh ke belakang, gedung yang dibangun pada 1920 oleh kolonial Belanda ini, bernama Majestic. Gedung ini pada zaman kolonial berfungsi sebagai bioskop dan tempat hiburan bagi para bangsawan dan kaum elite kolonial.

Saking kesohornya, gedung yang menjadi simbol hiburan modern saat itu, konon kabarnya pernah disinggahi komedian dunia Charlie Chaplin. Setiap akhir pekan, gedung yang dirancang oleh guru besar teknik berkebangsaan Belanda, Wolf Scumacher dan muridnya Ir Soekarno (Presiden RI pertama), menjadi tujuan para bangsawa Eropa yang singgah di Kota Bandung.

Di tempat inilah, mereka mencari tempat hiburan dengan memutar fiml-film barat. Salah satu peninggalan bioskop Majestic masih tersimpan di gedung ini, yaitu dua unit proyektor berukuran besar. Alat pemutar film layar lebar ini memiliki ting gi sekitar satu meter. Kedua benda langka yang sudah tak berfungsi ini tersimpan di dalam gedung tersebut, tepatnya di bagian pojok ruang utama Gedung Majestic.

Gedung yang selesai dibangun pada 1925 tersebut, memiliki ciri khas sebagai karya arsitektur aliran Indoeuro dengan garis-garis vertical dan ho ri zontal yang menonjol. Gedung New Majestic seangkatan dengan Hotel Preanger, Masjid Raya Cipaganti, Villa Isola Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan Gereja Katedral Bandung.

Gedung yang memiliki luas 700 meter persegi ini letaknya sangat strategis di jantung Kota Bandung. Gedung ini merupakan aset Pemprov Jabar di bawah pengelolaan Perusahaan Daerah (PD) Jasa dan Kepariwisataan (PD Jawi). Sejak dikelola PT Centra Aksara Komunikasi (PT Aksara) pada awal 2010, gedung ini ditata ulang. Namun, tak menghilang kan nilai-nilai cagar budaya yang ada di dalamnya “Pengoperasian kembali gedung, bukan semata-mata hanya untuk mencari profit bagi PD Jawi. Gedung ini sebagai opera mininya Kota Bandung,” ujar Direktur Utama PD Jawi, Tenny Wishramwan.

Penanggung jawab New Majestic, Achmad Shahabudin mengatakan, sesuai dengan perjanjian dengan pihak PD Jawi, gedung ini menjadi tempat kegiatan berkesenian para seniman dan budayawan Kota Bandung. Sejumlah pertunjukan kolosal, baik seni budaya Sunda, musik modern, maupun kabaret rutin digelar di tempat ini.

Para seniman, mengaku bangga bisa tampil di gedung bernilai budaya tersebut. “Gedung ini harus menjadi ikon-nya Kota Bandung. Keberadaan gedung ini harus dijaga,’’kata dia kepada Republika Online. Namun Shahabudin mengeluhkan masih sedikitnya pihak yang memanfaatkan ge dung ini untuk kegiatan komersial. Padahal, kata dia, kondisi bangunan dan fasilitas yang ada di dalamnya sangat memadai untuk kegiatan musik maupun pesta kesenian.

Ia berharap, warga Kota Bandung yang memiliki kepedulian turut berpartisipasi dalam melestarikan tempat ini. “Bentuk partisipasinya beragam. Bisa dengan menyewa tempat ini untuk acara pesta atau kegiatan reuni. Sebab sebagian dari hasil sewa gedung ini diperuntukan untuk pemeliharaan gedung yang telah berusia 87 tahun ini,” ungkap dia.

Padhyangan Project (P-Project) adalah salah satu kelompok kabaret yang pernah manggung di tempat ini. Mereka manggung dalam sebuah pagelaran kabaret dengan judul ‘Sangkuriang Balik Bandung’ pada akhir 2011 lalu. Menurut Daan, pentolah P Pro-ject, keberadaan Gedung New Majectic menjadi kebanggaan masyarakat Kota Bandung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement