Kamis 28 Jul 2011 00:02 WIB

Inilah Beda Turis Indonesia dan Turis Eropa di Cina

Wisatawan di Forbidden City, Beijing
Foto: Republika
Wisatawan di Forbidden City, Beijing

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Lima tahun lebih David Lee menekuni pekerjaan sampingan sebagai pemandu wisata. Lulusan strata satu sebuah universitas di Beijing ini menjadi pemandu wisata tiap akhir pekan. Atau bila tamu yang harus diantar berkatagori VIP, ia akan meninggalkan sejenak kantor kecilnya untuk mengantarkan tamu.

Siapa saja yang dilayaninya? Sesuai bahasa asing yang dikuasainya, ia mengantarkan tamu berbahasa Inggris -- kebanyakan dari Amerika Serikat dan Eropa -- serta tamu berbahasa Indonesia. "Hampir tiap pekan ada rombongan dari Indonesia datang," katanya kepada Republika Online.

Menurutnya, tak ada masalah bila tamu yang diantar datang dari Indonesia. Pasalnya, kebanyakan turis asal Indonesia, sangat gemar berbelanja. "Saya bicara sejarah Cina atau latar belakang suatu objek wisata yang akan atau tengah dikunjungi, tak begitu dihiraukan mereka. Baru antusias kalau saya menjelaskan tentang lokasi belanja dan cara menawar barang," ujarnya, sembari tersenyum.

Beda dengan turis Eropa. Dia harus belajar kembali literatur objek sejarah yang akan dikunjungi, karena umumnya pertanyaan mereka sangat kritis. "Tak jarang mereka menyela, atau mengkritik jika penjelasan saya berbeda dengan literatur yang mereka pegang," katanya.

Sedang untuk urusan belanja, mereka malah kurang antuasias, katanya. Oala...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement