Senin 24 Nov 2025 15:24 WIB

Setop! Jangan Jadikan 'Janji' Senjata Saat Anak Tantrum

Cara terbaik mengajarkan konsep janji kepada anak bukanlah melalui ceramah abstrak.

Guru mengajarkan murid (ilustrasi). Pada anak usia dini, (mereka) mulai mengenal konsep janji sebagai ucapan yang berarti sesuatu akan terjadi nanti. Karena pada usia ini, mereka masih berpikir mengenai suatu hal secara konkret belum secara abstrak.
Foto: Dok. Rumah Main Cikal
Guru mengajarkan murid (ilustrasi). Pada anak usia dini, (mereka) mulai mengenal konsep janji sebagai ucapan yang berarti sesuatu akan terjadi nanti. Karena pada usia ini, mereka masih berpikir mengenai suatu hal secara konkret belum secara abstrak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam proses pengasuhan anak, banyak orang tua secara rutin menggunakan janji. Entah itu janji makanan ringan, janji tamasya, atau janji hadiah, sebagai alat yang efektif untuk menenangkan atau memotivasi anak agar mau mengikuti arahan.

Janji sering dianggap solusi cepat untuk mengatasi tantrum atau mendorong perilaku yang diinginkan. Namun, sebelum menjadikan janji sebagai strategi pengasuhan, ada hal fundamental yang harus dipahami oleh orang tua yaitu seberapa dalam anak usia dini memaknai sebuah janji, dan mengapa konsep ini sangat penting untuk diajarkan sedari awal?

Baca Juga

Anak usia dini memiliki cara berpikir yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Mereka hidup dalam dunia yang konkret, bukan abstrak. Menurut pendidik dari Rumah Main Cikal Lebak Bulus, Zati Dillah Putri, pada usia ini, pemahaman mereka terhadap waktu, penundaan, atau alasan di balik perubahan situasi masih sangat terbatas.

"Pada anak usia dini, (mereka) mulai mengenal konsep 'janji' sebagai ucapan yang berarti sesuatu akan terjadi nanti. Karena pada usia ini, mereka masih berpikir mengenai suatu hal secara 'konkret' belum secara abstrak," kata Zati dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id pada Senin (24/11/2025).

Artinya, ketika anak mendengar kata "janji" mereka mengartikannya sebagai sebuah kepastian yang akan segera terwujud, tanpa mempedulikan variabel atau kemungkinan kegagalan di masa depan. Jika janji yang diucapkan orang tua gagal dipenuhi, dampaknya bukan sekadar kekecewaan sesaat, tetapi kerusakan pada fondasi kepercayaan mereka terhadap orang terdekat.

Meskipun memiliki risiko jika tidak ditepati, Zati menjelaskan bahwa secara umum, konsep menjanjikan sesuatu pada anak adalah hal yang sangat baik dan perlu dilestarikan, asalkan dilakukan dengan cara yang benar dan konsisten. "Konsep menjanjikan sesuatu pada anak dapat menjadi hal yang baik bila dilakukan secara jujur, konsisten, dan realistis karena membantu anak belajar tentang kepercayaan dan tanggung jawab. Namun, jika digunakan berlebihan, tidak ditepati, atau manipulatif, justru dapat merusak kepercayaan dan nilai moral anak," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement