Selasa 23 Sep 2025 11:06 WIB

Angelina Jolie Kritik Pembatasan Kebebasan Bicara di AS yang Dinilainya Mengkhawatirkan

Jolie menyebut segala bentuk pembatasan kebebasan berbicara sangat berbahaya.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Aktris Angelina Jolie. Jolie menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi kebebasan berbicara di Amerika Serikat (AS) yang menurutnya kian mengkhawatirkan.
Foto: AP
Aktris Angelina Jolie. Jolie menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi kebebasan berbicara di Amerika Serikat (AS) yang menurutnya kian mengkhawatirkan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktris peraih Oscar, Angelina Jolie, menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi kebebasan berbicara di Amerika Serikat (AS) yang menurutnya kian mengkhawatirkan. Hal ini ia sampaikan saat menghadiri Festival Film San Sebastian di Spanyol, di tengah sorotan terhadap penangguhan acara "Jimmy Kimmel Live!" oleh Disney.

Pada kesempatan itu, Jolie menegaskan bahwa segala bentuk pembatasan terhadap kebebasan berbicara atau ekspresi pribadi sangat berbahaya. "Saya selalu hidup secara internasional. Keluarga saya, teman-teman saya, kehidupan saya, semuanya lintas negara dan budaya. Dan apapun, di manapun yang memecah belah atau membatasi ekspresi dan kebebasan individu menurut saya sangat berbahaya," kata Jolie seperti dikutip dari USA Today, Selasa (23/9/2025).

Baca Juga

Jolie juga mengatakan meskipun dia mencintai negaranya, situasi yang terjadi di AS belakangan ini terasa asing baginya. Ia bahkan merasa saat ini adalah masa-masa yang sangat berat.

"Saya pikir ini adalah masa yang sangat serius sehingga kita harus berhati-hati dalam berbicara. Ini adalah masa-masa yang sangat berat yang kita semua jalani bersama," kata Jolie.

Pernyataan Jolie muncul setelah ABC, stasiun televisi milik Disney, mengumumkan penangguhan sementara program "Jimmy Kimmel Live!" pada 17 September. Keputusan ini muncul tak lama setelah Kimmel, dalam salah satu monolognya, mengomentari pembunuhan terhadap podcaster konservatif Charlie Kirk, yang tewas dalam sebuah acara di Utah Valley University pada 10 September.

Dalam monolog tersebut, Kimmel menyebut bahwa geng MAGA (sebutan Kimmel untuk pendukung Trump) sedang berusaha menggambarkan pelaku pembunuhan, Tyler Robinson, seolah bukan bagian dari kelompok mereka, dan menuduh mereka memanfaatkan tragedi itu untuk keuntungan politik. "Geng MAGA mati-matian mencoba menggambarkan orang yang membunuh Charlie Kirk bukan sebagai bagian dari mereka, dan justru memanfaatkannya untuk kepentingan politik," kata Kimmel.

Pernyataan tersebut memicu kemarahan dari kalangan konservatif, termasuk Ketua Komisi Komunikasi Federal AS (FCC), Brendan Carr, yang menuduh Kimmel secara sengaja menyebarkan kebohongan. Carr juga mengancam akan mencabut lisensi penyiaran afiliasi ABC jika Disney tidak mengambil tindakan tegas terhadap Kimmel.

Tekanan dari Carr disusul oleh langkah stasiun-stasiun afiliasi seperti Nexstar dan Sinclair yang memutuskan untuk tidak menayangkan acara tersebut. Nexstar bahkan menuntut agar Kimmel meminta maaf secara langsung dan menyumbang ke organisasi aktivis sayap kanan Turning Point USA yang didirikan oleh Kirk. Disney kemudian mengambil keputusan untuk menangguhkan acara tersebut, yang memicu gelombang kritik dari publik dan kalangan industri.

Keputusan tersebut menuai kecaman luas sebagai bentuk sensor yang melanggar prinsip kebebasan berpendapat. Tak hanya dari kalangan liberal, sejumlah tokoh Partai Republik seperti Senator Ted Cruz juga menyuarakan keprihatinan. Keputusan tersebut juga telah memicu protes luas serta seruan untuk memboikot Disney.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Ameera Network (@ameeranetwork)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement