Ahad 07 Sep 2025 15:29 WIB

Panggung Musik, Panggung Sikap: Riak di Balik Pestapora 2025

Pestapora 2025 akhirnya tetap berlangsung dengan penyesuaian line-up.

Vokalis grup musik Juicy Luicy Julian Kaisar tampil menghibur pada festival musik Pestapora di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (5/9/2025). Dalam penampilannya, Juicy Luicy membawakan lagu-lagu dari grup musik Peterpan seperti Menghapus Jejakmu, Semua Tentang Kita, dan Walau Habis Terang.
Foto: ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha
Vokalis grup musik Juicy Luicy Julian Kaisar tampil menghibur pada festival musik Pestapora di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (5/9/2025). Dalam penampilannya, Juicy Luicy membawakan lagu-lagu dari grup musik Peterpan seperti Menghapus Jejakmu, Semua Tentang Kita, dan Walau Habis Terang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Festival musik Pestapora 2025 yang digelar di Gambir Expo, Jakarta, pekan ini, mendapat sorotan tajam. Bukan karena panggung atau penampilannya, melainkan karena polemik sponsor yang membuat sejumlah musisi memutuskan mundur dari line-up.

Keputusan itu muncul setelah PT Freeport Indonesia diumumkan sebagai salah satu sponsor utama. Nama perusahaan tersebut memicu perdebatan luas, baik di kalangan penonton maupun pelaku industri kreatif.

Baca Juga

Nama yang seketika memicu gelombang mundur besar para penampil, antara lain Banda Neira, Hindia, Feast, Leipzig, Rebellion Rose, dan Sukatani. Barisan musisi itu memutuskan menukar sorakan penonton dengan sikap yang mereka anggap benar.

Nabila, salah satu penonton, menyayangkan absennya sejumlah musisi idola. Namun, ia mengaku bisa memahami alasan mereka.

“Saya kecewa, tapi juga paham. Itu ideologi masing-masing,” katanya.

Ia juga menilai langkah Pestapora tahun ini terasa kontradiktif dibanding tahun lalu yang justru menggandeng Greenpeace sebagai mitra.

Sementara itu, Meta, pengunjung asal Jakarta, memilih melihat persoalan ini dari sisi lain. “Agak bingung saja kenapa Freeport jadi sponsor acara musik. Tapi itu wilayah belakang layar. Sebagai penonton, kami hanya ingin menonton,” ujarnya.

Pendapat serupa disampaikan Putra, penonton lainnya, yang menilai sikap musisi itu sebagai bentuk konsistensi pada prinsip.

Suara dukungan datang dari kreator konten Ojemo, yang menyebut mundurnya musisi sebagai langkah berani. “Menurutku musik bukan cuma hiburan, tapi juga ruang untuk bersuara,” katanya.

Ia bahkan mengapresiasi respons panitia yang kemudian memutus kerja sama dengan Freeport setelah mendapat tekanan publik.

Meski banyak musisi mundur, tidak semuanya memilih jalan yang sama. Beberapa, seperti Yacko dan Sal Priadi, tetap tampil, tapi menyumbangkan honor mereka untuk organisasi lingkungan hidup.

Pestapora 2025 akhirnya tetap berlangsung pada 5–7 September dengan sejumlah penyesuaian line-up. Festival ini menyisakan catatan penting, di balik gemerlap panggung musik, pilihan sponsor bisa menjadi persoalan serius yang menentukan bukan hanya citra acara, tetapi juga arah nilai yang ingin dibawanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement