Selasa 19 Aug 2025 17:04 WIB

Qatar Blokir Roblox, Langkah Berani Lawan 'Predator' Online

Pengguna di Qatar tidak bisa mengakses Roblox sejak 13 Agustus 2025.

Gim online Roblox. Qatar memblokir Roblox sejak 13 Agustus 2025.
Foto: Dok. Roblox
Gim online Roblox. Qatar memblokir Roblox sejak 13 Agustus 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Qatar baru-baru ini mengambil langkah tegas dengan memblokir platform gim online populer, Roblox. Keputusan ini diambil setelah gelombang desakan dari masyarakat, khususnya melalui media sosial, yang menyoroti isu keamanan anak-anak di platform tersebut. Meskipun tidak ada pernyataan resmi dari pemerintah Qatar, laporan dari The Peninsula Qatar dan Ooni, sebuah proyek nirlaba pelacak sensor internet, mengonfirmasi bahwa akses ke Roblox telah dibatasi sejak 13 Agustus 2025.

Dilansir laman Gulf News pada Rabu (13/8/2025), pemblokiran ini menyusul kritik yang telah lama dilayangkan oleh para orang tua dan pegiat keamanan siber. Mereka mengkhawatirkan paparan konten yang tidak pantas dan risiko eksploitasi yang mengintai anak-anak di dunia virtual Roblox. Khawatir dengan perilaku predator dan insiden pelecehan di dalam gim yang dilaporkan, tekanan di media sosial di Qatar semakin menguat hingga mendorong otoritas untuk bertindak.

Baca Juga

Pemblokiran Roblox di Qatar bukanlah fenomena baru. Negara-negara lain, seperti China, Turki, dan Oman, sebelumnya telah mengambil langkah serupa. Masing-masing memiliki alasan yang berbeda, namun inti dari permasalahan ini tetap sama yaitu kurangnya moderasi konten dan potensi bahaya yang mengancam pengguna di bawah umur. Di Turki, misalnya, gim ini pernah dilarang karena dianggap memiliki model monetisasi yang agresif dan moderasi konten yang buruk.

Dilansir laman Hindustan Times, di Amerika Serikat, isu serupa juga menjadi sorotan. Jaksa Agung Louisiana, Liz Murrill, bahkan telah mengajukan gugatan terhadap Roblox, menuduh platform tersebut gagal melindungi anak-anak dari predator. “Roblox dipenuhi dengan konten berbahaya dan predator anak karena mereka memprioritaskan pertumbuhan pengguna, pendapatan, dan keuntungan di atas keselamatan anak,” kata dia.

Meskipun Roblox terus berkembang dan memiliki jutaan pengguna aktif di seluruh dunia, larangan yang berulang ini menyoroti tantangan besar yang dihadapi platform tersebut. Masalah keamanan dan moderasi menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

CEO Roblox, David Baszucki, dan timnya berupaya untuk mengatasi masalah ini, termasuk dengan melarang pengguna "vigilante" yang mencoba memberlakukan keadilan sendiri, yang sering kali menimbulkan kontroversi baru. Bagi para pemain di Qatar saat ini, yang hanya bisa melihat pesan "Tidak Ada Jaringan" atau "Situs Ini Tidak Dapat Dijangkau", masih belum jelas kapan atau apakah akses ke platform ini akan dipulihkan. 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement