REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah tinjauan ilmiah terbaru menyorotikecanduan gula dapat dikategorikan sebagai gangguan perilaku yang mirip dengan kecanduan obat-obatan. Penelitian yang diterbitkan dalam Brain and Behavior ini menyajikan bukti bahwa gula dapat memengaruhi otak dengan cara yang menyerupai ketergantungan terhadap zat adiktif seperti kokain atau heroin.
Penelitian yang dipimpin oleh Di Qin dari China-Japan Union Hospital of Jilin University mengumpulkan berbagai temuan dari studi neurologis, perilaku, dan klinis. Mereka menyatakan gula memenuhi kriteria kecanduan perilaku yaitu dorongan kuat yang memengaruhi pengambilan keputusan, pola makan, dan emosi seseorang, meskipun tanpa melibatkan substansi kimia.
"Gula diketahui merangsang pelepasan dopamin di otak, neurotransmiter yang terkait dengan perasaan senang dan penghargaan. Ini adalah mekanisme yang sama yang ditemukan dalam kecanduan terhadap nikotin dan alkohol," kata para peneliti seperti dilansir dari Psypost, Rabu (6/8/2025).
Dalam sebuah pengujian pada tikus, ditemukan bahwa hewan-hewan yang mengonsumsi gula dalam jumlah besar memperlihatkan perilaku yang sangat mirip dengan kecanduan zat. Mereka mencari gula secara kompulsif dan mengalami gejala penarikan ketika tidak mendapatkannya.
Selain itu, tikus yang diberi akses gula menunjukkan peningkatan respons terhadap stimulan lain, seperti kokain, menandakan bahwa gula menyensitaskan otak, membuatnya lebih mudah kecanduan terhadap zat lain. Lebih dari sekadar kecanduan fisik, konsumsi gula juga berhubungan erat dengan gangguan emosional.
Temuan lainnya menunjukkan gula mengaktifkan otak dengan cara yang memperburuk kecemasan dan depresi, meningkatkan respons terhadap stres, dan mengurangi kemampuan untuk mengelola emosi. “Ini menyebabkan banyak orang yang mengalami stres memilih makanan manis sebagai cara untuk merasa lebih baik dalam jangka pendek, tetapi pada akhirnya memperburuk masalah kesehatan mental mereka dalam jangka panjang,” jelas peneliti.
Anak-anak dan remaja mungkin lebih rentan terhadap kecanduan gula. Penelitian menunjukkan konsumsi gula pada usia muda dapat mengubah cara otak berfungsi, mempengaruhi kontrol impuls dan kemampuan belajar, serta meningkatkan risiko perilaku dan gangguan kognitif di masa depan.
Tidak hanya memengaruhi otak, pola makan tinggi gula juga berisiko menyebabkan obesitas, diabetes, dan penyakit jantung. Gula dapat mengganggu keseimbangan hormon yang mengatur nafsu makan dan metabolisme tubuh, memperburuk pengaturan energi dan meningkatkan keenderungan makan berlebihan.
Walaupun penelitian ini memberikan wawasan baru tentang kecanduan gula, banyak ilmuwan masih memperdebatkan apakah gula benar-benar memenuhi kriteria kecanduan yang berlaku untuk zat adiktif lainnya. Beberapa peneliti berpendapat bahwa perilaku mirip kecanduan pada hewan lebih disebabkan oleh faktor stres akibat pembatasan akses makanan, bukan sifat gula itu sendiri.
Namun, dengan meningkatnya bukti yang menunjukkan dampak negatif gula pada kesehatan fisik dan mental, para peneliti mendorong agar lebih banyak penelitian dilakukan untuk mengeksplorasi lebih dalam potensi kecanduan gula pada manusia dan bagaimana cara terbaik untuk menangani masalah ini.