Rabu 14 May 2025 15:15 WIB

Bibir Sumbing Bisa Terdeteksi Sejak Kandungan Lewat USG

USG saat antenatal care bantu identifikasi bibir sumbing sejak dini.

Seorang anak tidur usai menjalani operasi bibir sumbing di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tamansari, Jakarta, Sabtu (27/4/2024). RSUD Tamansari menyelenggarakan operasi bibir sumbing gratis untuk 14 pasien agar proses berbicara berjalan lancar, suara tidak sengau dan proses makan tidak terganggu. Dari 14 pasien yang dioperasi merupakan 12 anak-anak dan dua orang dewasa yang berasal dari Jabotabek, Banten dan Bandung. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan penderita kasus bibir sumbing dan celah langit-langit di Indonesia mencapai 7.500 kasus per tahun.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Seorang anak tidur usai menjalani operasi bibir sumbing di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tamansari, Jakarta, Sabtu (27/4/2024). RSUD Tamansari menyelenggarakan operasi bibir sumbing gratis untuk 14 pasien agar proses berbicara berjalan lancar, suara tidak sengau dan proses makan tidak terganggu. Dari 14 pasien yang dioperasi merupakan 12 anak-anak dan dua orang dewasa yang berasal dari Jabotabek, Banten dan Bandung. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan penderita kasus bibir sumbing dan celah langit-langit di Indonesia mencapai 7.500 kasus per tahun.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Spesialis Telinga, Hidung, Tenggorokan, Bedah Kepala dan Leher, Dr Trimartani menyatakan bahwa kelainan bawaan berupa bibir sumbing dan langit-langit (labiopalatoschizis) dapat dideteksi sejak masa kehamilan melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG). Orang tua disarankan melakukan detrksi dini kelainan pada anak. Termasuk bibir sumbing.

“Dalam program antenatal care, USG dapat mendeteksi pembentukan bibir yang belum sempurna, sehingga orang tua dapat mempersiapkan langkah-langkah penanganan ketika anak lahir,” ujarnya dalam webinar yang digelar di Jakarta, Rabu (13/5/2025).

Baca Juga

Trimartani menjelaskan, kelainan ini merupakan kegagalan dalam proses pembentukan bibir dan langit-langit, baik di satu sisi maupun dua sisi. Faktor penyebabnya antara lain kekurangan gizi, hemoglobin rendah (anemia), gangguan nutrisi, kekurangan oksigen, serta pengaruh konsumsi obat-obatan tertentu selama kehamilan yang dapat menghambat pembentukan bibir dan palatum (langit-langit mulut).

Ia menekankan bahwa kelainan ini tidak hanya berdampak pada penampilan fisik, tetapi juga bisa memengaruhi fungsi otot hidung yang berperan dalam proses pernapasan, berbicara, dan menelan makanan.

Dalam kesempatan yang sama, Spesialis Telinga, Hidung, Tenggorokan, Bedah Kepala dan Leher, Dr Dini Widiarni Widodo menyarankan agar orang tua melakukan deteksi dini terhadap kondisi bayi sejak dalam kandungan.

Jika diketahui terdapat kelainan celah palatum, yaitu kondisi di mana atap rongga mulut (langit-langit) tidak terbentuk sempurna, maka orang tua dapat menyiapkan perawatan khusus, seperti penggunaan botol susu khusus serta cara menyusui dengan posisi tegak.

“Jika anak telah berusia minimal 10 minggu, berat badan minimal 5 kilogram, dan hemoglobin minimal 10, maka operasi dapat dilakukan untuk memperbaiki kelainan tersebut,” jelas Dini.

Namun, jika usia anak belum memenuhi syarat, maka tindakan operasi dan proses penyembuhan luka akan menghadapi tantangan tersendiri.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement