Rabu 23 Apr 2025 10:00 WIB

Bilang 'Tolong' dan 'Terima Kasih' ke ChatGPT Ternyata Makan Biaya Hingga Jutaan Dolar

Studi menyebut satu respons AI setara dengan menyalakan 24 lampu LED selama 1 jam.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Teknologi kecerdasan buatan (AI) generatif seperti ChatGPT. Penggunaan bahasa sopan seperti tolong dan terima kasih kepada chatbot ChatGPT ternyata berdampak besar pada biaya operasional perusahaan.
Foto: VOA
Teknologi kecerdasan buatan (AI) generatif seperti ChatGPT. Penggunaan bahasa sopan seperti tolong dan terima kasih kepada chatbot ChatGPT ternyata berdampak besar pada biaya operasional perusahaan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penggunaan bahasa sopan seperti “tolong” dan “terima kasih” kepada chatbot ChatGPT ternyata berdampak besar pada biaya operasional perusahaan, terutama dalam konsumsi listrik. Pernyataan disampaikan CEO OpenAI, Sam Altman melalui media sosial X, saat menanggapi pertanyaan pengguna soal pengaruh penggunaan bahasa santun terhadap biaya operasional OpenAI.

Altman mengungkapkan biaya operasional terkait respons bahasa sopan pengguna ChatGPT mencapai puluhan juta dolar AS. “Puluhan juta dolar yang layak dikeluarkan. Kamu tak pernah tahu,” kata Altman seperti dilansir laman New York Post, Rabu (23/4/2025).

Baca Juga

Chatbot seperti ChatGPT menggunakan model bahasa besar (LLM), yang dijalankan di pusat data dengan ribuan unit pemrosesan grafis (GPU) berkapasitas tinggi. Proses ini memerlukan daya listrik yang besar karena respons diberikan secara real-time dan dalam skala masif.

Studi menyebutkan bahwa satu respons AI bisa mengonsumsi sekitar 0,14 kWh — setara dengan menyalakan 24 lampu LED selama satu jam. Jika diakumulasikan dengan miliaran interaksi harian, angka konsumsi energi yang dihasilkan tentu sangatlah besar.

Secara global, saat ini pusat data sudah menyumbang sekitar 2 persen dari total konsumsi listrik. Para ahli memperkirakan angka ini akan terus naik seiring dengan meningkatnya penggunaan AI generatif seperti ChatGPT.

Meski terlihat sepele, para pakar menyebut bahwa penggunaan bahasa sopan memberi pengaruh langsung terhadap kualitas interaksi. Kurtis Beavers, seorang direktur tim desain untuk Microsoft Copilot, mengatakan bahwa kesopanan memicu respons yang lebih kolaboratif dari AI.

“Kalau pengguna sopan maka AI pun akan membalas dengan sopan,” kata dia.

Tren penggunaan bahasa sopan kepada AI juga kian meluas. Sebuah survei tahun 2024 menunjukkan bahwa 67 persen pengguna di Amerika Serikat (AS) terbiasa menggunakan bahasa sopan saat berinteraksi dengan chatbot. Mayoritas (55 persen) menganggap hal ini sebagai etika, sementara sebagian kecil (12 persen) lainnya menyebut bahasa sopan sebagai langkah antisipatif jika AI suatu saat memberontak.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement