Sabtu 08 Mar 2025 19:30 WIB

Brand Islami Tak Cukup Andalkan Label Halal, Konsumen Muslim Kini Lebih Kritis

muslim kini lebih kritis dan menuntut manfaat fungsional dan manfaat emosional

Rep: Dian Fath/ Red: Intan Pratiwi
Indonesia Muslim Market Outlook (IMMO) 2025 yang diselenggarakan oleh Inventure-Rumah Zakat di Jakarta, Kamis (6/3/2025).
Foto: Inventure
Indonesia Muslim Market Outlook (IMMO) 2025 yang diselenggarakan oleh Inventure-Rumah Zakat di Jakarta, Kamis (6/3/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar muslim di Indonesia terus berkembang pesat, menciptakan peluang besar bagi berbagai industri. Namun, banyak brand yang menargetkan segmen ini masih terlalu berfokus pada manfaat spiritual (spiritual benefit), seperti kesesuaian dengan ajaran Islam. Padahal, tren terbaru menunjukkan bahwa konsumen muslim kini lebih kritis dan menuntut manfaat fungsional (functional benefit) serta manfaat emosional (emotional benefit) yang lebih nyata.

“Spiritual benefit seperti kesesuaian dengan nilai-nilai Islam memang penting, tetapi itu bukan lagi faktor pembeda di pasar. Saat ini, konsumen muslim semakin kritis dan menuntut functional benefit dan emotional benefit yang lebih nyata, seperti kualitas produk, harga kompetitif, inovasi teknologi, serta kemudahan akses,” ujar Yuswohady, Managing Partner Inventure dalam Indonesia Muslim Market Outlook (IMMO) 2025 di Jakarta, Kamis (6/3/2025).

Data terbaru dari Inventure 2025 menunjukkan bahwa banyak produk berlabel syariah atau halal masih kesulitan memperluas pangsa pasar. Salah satu contoh nyata adalah industri perbankan syariah. Meskipun sudah hadir lebih dari tiga dekade, data Inventure 2023 menunjukkan bahwa hanya 6 persen responden yang memiliki produk perbankan syariah. Dari kelompok kecil ini, alasan utama mereka memilih bank syariah adalah spiritual benefit, seperti menghindari riba, kesesuaian dengan ajaran Islam, dan ketenangan hati.

Namun, spiritual benefit ternyata tidak cukup kuat untuk meyakinkan 94 persen konsumen perbankan konvensional agar beralih ke bank syariah. Ini menunjukkan bahwa tanpa peningkatan layanan, teknologi, dan manfaat fungsional lainnya, perbankan syariah sulit bersaing dengan bank konvensional.

Salah satu contoh keberhasilan penerapan strategi functional benefit adalah Wardah, merek kosmetik halal terbesar di Indonesia. Di awal kemunculannya, Wardah mengandalkan branding Islam sebagai diferensiasi utama.

Namun, seiring meningkatnya persaingan, Wardah mulai memperkuat functional benefit, seperti menggunakan bahan-bahan yang lebih aman, mengembangkan teknologi kecantikan modern serta meningkatkan kualitas produk melalui inovasi formula.

Strategi ini terbukti efektif dalam memperluas pangsa pasar Wardah, tidak hanya di kalangan muslim tetapi juga konsumen yang lebih luas. Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa brand Islami tidak bisa hanya mengandalkan label halal, tetapi harus menawarkan manfaat nyata yang dapat bersaing di pasar yang lebih kompetitif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement