REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan kampanye vaksinasi polio di Gaza telah rampung, dengan 94 persen anak-anak yang mendapatkan vaksin dosis pertama dan kedua. Kampanye vaksinasi ini berjalan selama lebih dari tiga bulan, setelah virus polio pertama kali terdeteksi di air limbah di Gaza.
Menurut laporan WHO, sebanyak 557 ribu anak di bawah usia 10 tahun mendapatkan dosis kedua vaksin polio, sementara lebih dari 448 ribu anak usia 2 hingga 10 tahun menerima suplemen vitamin A, yang dianggap dapat meningkatkan respons kekebalan tubuh.
“Itu berarti 94 persen dari kelompok sasaran telah mendapatkan vaksin polio kedua, dengan tingkat cakupan yang tinggi di Gaza tengah dan selatan, di mana puluhan ribu orang tinggal di tempat penampungan darurat dan tenda-tenda dan di mana Israel telah memperluas operasi militernya,” kata WHO seperti dilansir Euro News, Jumat (8/11/2024).
Akan tetapi, petugas kesehatan tidak dapat memvaksinasi sekitar 7.000 hingga 10 ribu anak di daerah yang tidak bisa diakses di bagian utara Gaza. Karena itu, anak-anak tersebut masih sangat rentan terhadap infeksi polio.
“Hal ini juga meningkatkan risiko penyebaran virus polio lebih lanjut di Jalur Gaza dan negara-negara tetangga,” kata WHO yang memimpin kampanye vaksinasi tersebut.
Polio membutuhkan dua suntikan vaksin yang berjarak sekitar empat pekan. Jika sekitar 90 persen orang di sebuah komunitas divaksinasi, maka hal itu dapat mencegah penyebarannya.
Vaksinasi pertama di Gaza dimulai pada awal September setelah para pejabat menegosiasikan jeda kemanusiaan. Namun untuk putara kedua sempat tertunda pada bulan Oktober karena ketegangan meningkat. Kampanye tersebut akhirnya dilanjutkan pada Sabtu dan berakhir pada Selasa.
“Sekarang kami akan terus berupaya meningkatkan tingkat kekebalan melalui layanan imunisasi rutin di fasilitas kesehatan fungsional. Lalu memperkuat pengawasan penyakit agar dapat dengan cepat mendeteksi penularan virus polio lebih lanjut,” kata badan tersebut.
Upaya tersebut juga akan sangat menantang, mengingat saat ini tidak banyak fasilitas kesehatan yang berfungsi di Gaza. Menurut data terakhir, 35 persen dari pusat kesehatan primer Gaza hanya beroperasi sebagian, sementara 19 dari 36 rumah sakit di Gaza rusak atau tidak dapat digunakan.