Senin 04 Nov 2024 11:05 WIB

Mengenal Psoriasis, Penyakit Autoimun yang tak Boleh Disepelekan

Bercak pada penderita psosriasis kadang-kadang disertai rasa gatal atau perih.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Seseorang menderita psoriasis (ilustrasi). Psoriasis merupakan penyakit autoimun kronis yang memengaruhi kulit dan dapat berdampak pada organ tubuh lain.
Foto: www.freepik.com.
Seseorang menderita psoriasis (ilustrasi). Psoriasis merupakan penyakit autoimun kronis yang memengaruhi kulit dan dapat berdampak pada organ tubuh lain.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psoriasis merupakan penyakit autoimun kronis yang memengaruhi kulit dan dapat berdampak pada organ tubuh lain. Prevalensi pasien psoriasis di Indonesia mencapai 2,5 persen dari penduduk, dan dari jumlah tersebut masih banyak yang belum mendapat penanganan medis.

Dokter spesialis kulit dan kelamin, dr Inneke Halim, menjelaskan psoriasis disebabkan oleh peradangan yang mempercepat siklus pertumbuhan sel kulit dari 28-30 hari menjadi 3-5 hari, sehingga menyebabkan penumpukan sel kulit yang belum terkelupas kemudian membentuk bercak merah bersisik. “Psoriasis tidak menular dan meskipun belum ada obat yang menyembuhkannya, gejalanya dapat dikendalikan dengan perawatan yang tepat. Faktor genetik dan faktor lingkungan seperti stres, cedera kulit, infeksi, atau penggunaan obat tertentu dapat memicu atau memperburuk kondisi ini,” kata dr Inneke dalam keterangan tertulis, dikutip pada Senin (4/11/2024).

Baca Juga

Gejala psoriasis, kata Inneke, bervariasi pada setiap orang. Beberapa gejala umum yang sering sering terjadi diantaranya bercak merah pada kulit yang ditutupi oleh sisik berwarna putih perak, dengan area yang paling sering terkena diantaranya lutut, siku, kulit kepala, serta punggung bawah.

Bercak tersebut juga kadang-kadang disertai rasa gatal atau perih. Gejala lainnya adalah penebalan atau perubahan bentuk pada kuku (psoriasis kuku).

Tingkat keparahan psoriasis bervariasi, mulai dari ringan dengan area kecil kulit yang terkena, hingga berat yang memengaruhi area luas dan berdampak signifikan pada kualitas hidup penderitanya. Inneke menyampaikan, psoriasis tidak hanya berdampak pada penampilan fisik, tetapi juga meningkatkan risiko timbulnya kondisi kesehatan lain seperti diabetes tipe 2, hipertensi, dan penyakit jantung.

“Oleh karena itu penting bagi penderita psoriasis untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan menerapkan gaya hidup sehat untuk mengurangi risiko komplikasi ini,” kata dia.

Inneke mengatakan, perawatan psoriasis disesuaikan dengan tingkat keparahan dan jenisnya. Untuk psoriasis derajat ringan bisa menggunakan krim atau salep seperti kortikosteroid, analog vitamin D, retinoid, dan tar batubara. Selain itu, untuk mengurangi peradangan dan memperlambat produksi sel kulit bisa melakukan terapi sinar ultraviolet (UV).

“Untuk kasus yang lebih parah, dokter mungkin meresepkan obat oral atau injeksi seperti methotrexate, siklosporin, dan retinoid,” kata dr Inneke.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement