Jumat 30 Aug 2024 15:34 WIB

Shella Selpi Meninggal Akibat Kanker Ovarium, Ini Gejala yang Patut Diwaspadai

Shella Selpi dan suami kerap membagikan kisah perjuangan melawan kanker ovarium.

Pejuang kanker Shella Selpi Lizah dan sang suami Albi. Shella dikabarkan meninggal dunia akibat kanker ovarium yang dideritanya. Ada beberapa gejala kanker yang patut diwaspadai.
Foto: Dok. Instagram/@albidwzky
Pejuang kanker Shella Selpi Lizah dan sang suami Albi. Shella dikabarkan meninggal dunia akibat kanker ovarium yang dideritanya. Ada beberapa gejala kanker yang patut diwaspadai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kreator konten Shella Selpi Lizah dikabarkan meninggal dunia pada Jumat (30/8/2024). Kabar duka tersebut disampaikan oleh sang suami, Albi.

Tak hanya keluarga dan sahabat, banyak juga warganet yang merasa kehilangan. Pasalnya Shella dan suami kerap membagikan kisah perjuangan ketika dia berjuang menghadapi penyakit kanker ovarium yang dideritanya selama bertahun-tahun.

Baca Juga

Apa itu kanker ovarium dan bagaimana gejalanya?

Dikutip dari situs resmi Kementerian Kesehatan, kanker ovarium adalah tumor yang berasal dari sel-sel ovarium yang bersifat ganas. Tumor ganas atau kanker merupakan pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang dapat menyerang bagian tubuh dan menyebar ke organ lain.

Kanker ovarium adalah kanker ginekologi yang paling mematikan sebab pada umumnya baru bisa dideteksi ketika sudah parah, tidak ada tes skrining awal yang terbukti untuk kanker ovarium, tidak ada tanda-tanda awal yang pasti.

Beberapa wanita mengalami ketidaknyamanan pada abdomen dan bengkak. Penyakit keganasan semakin meningkat setiap tahun khususnya penyakit keganasan ovarium. Kanker ovarium sering ditemukan pada wanita yang berusia 50-70 tahun dan 1 dari 70 wanita menderita kanker ovarium.

Kanker ovarium termasuk satu dari sepuluh kanker yang paling sering diderita oleh wanita di Indonesia. Tingkat kematian yang tinggi tersebut disebabkan karena tidak adanya tanda pasti sehingga kebanyakan pasien datang sudah didiagnosis pada stadium lanjut dikarenakan keganasan ovarium tumbuh dan membesar biasanya tanpa disertai keluhan yang spesifik sehingga kanker ini baru terdiagnosa setelah mencapai pada stadium lanjut. Oleh karena itu, kanker ovarium dikenal sebagai penyakit The Silent Killer.

Penyebab kanker ovarium

Penyebab kanker ovarium belum ditemukan secara pasti, namun penelitian menunjukkan faktor yang meningkatkan risiko kejadiannya di antaranya yakni usia, usia menarche, paritas, riwayat keluarga, Indeks Massa Tubuh (IMT), dan riwayat kontrasepsi. Kasus kanker ovarium mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya usia, kasus terbanyak ditemukan pada usia di atas 50 tahun. Semakin tua usia seseorang, maka semakin tinggi juga kasus kanker ovarium ditemukan dan juga semakin kecil usia harapan hidup dari wanita yang terkena menjelaskan bahwa kasus kanker ovarium banyak ditemukan pada usia 51-60 tahun.

Gejala kanker ovarium

Kanker ovarium memiliki pertumbuhan yang cepat, tahapan awal biasanya tidak bergejala, dan ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan rutin, umumnya lebih dari 60 persen penderita didiagnosis setelah berada dalam keadaan lanjut. Gejala dan tanda klinis yang biasa dijumpai adalah pembesaran perut, terdapat massa di dalam rongga perut atau pelvis, gejala gangguan pencernaan makanan (dispepsia), gangguan buang air kecil dan besar, gangguan haid, gejala penekanan rongga perut berupa rasa mual, muntah, hilang nafsu makan, nyeri perut.

Apabila muncul gejala seperti ini selama beberapa pekan atau lebih, disarankan mengunjungi dokter. Gejala lain yang kurang umum contohnya kelelahan, gangguan pencernaan, sakit punggung, sakit saat hubungan intim, sembelit, dan ketidakteraturan menstruasi. Perut membesar merupakan gejala umum tetapi sering tidak dirasakan oleh pasien kecuali ketika ukuran tumornya sudah besar.

Tahapan kanker ovarium

Tahapan kanker ovarium menurut International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) adalah sebagai berikut :

1. Tahapan I, tumor terbatas di ovarium

-Tahapan IA: tumor terbatas di satu ovarium, tidak ada pertumbuhan tumor di permukaannya, kapsul tumor utuh, tidak ada sel tumor di cairan ascites atau bilasan cairan di rongga selaput perut (peritoneum).

-Tahapan IB: tumor terbatas di 2 (dua) ovarium, tidak ada pertumbuhan tumor di permukaannya, tidak ada sel tumor di ascites atau bilasan rongga ovarium.

-Tahapan IC: tumor terbatas di satu atau dua ovarium dengan salah satu faktor yaitu kapsul tumor pecah, pertumbuhan tumor di permukaan ovarium, ada sel tumor di cairan ascites ataupun di bilasan cairan rongga peritoneum.

2. Tahapan II: tumor di satu atau dua ovarium dengan perluasan di rongga pelvis

-Tahapan IIA: tumor meluas ke rahim (uterus) dan atau ke saluran (tuba)

-Tahapan IIB: tumor meluas ke jaringan organ pelvik lainnya

-Tahapan IIC: perluasan ke pelvik (IIA atau IIB) dengan sel tumor di cairan ascites ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum.

3. Tahapan III: tumor terdapat di satu atau dua ovarium disertai perluasan tumor di rongga peritoneum di luar pelvik dan atau penyebaran (metastase) kelenjar getah bening regional

-Tahapan IIIA: penyebaran mikroskopik di luar pelvis

-Tahapan IIIB: penyebaran makroskopik di luar pelvic, besar jejas sebaran 2 cm

-Tahapan IIIC: penyebaran makroskopik di luar pelvic, jejas sebaran >2 cm dan sebaran ke kelenjar getah bening.

-Tahapan IV: penyebaran jauh di luar rongga peritoneum.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement