Rabu 19 Jun 2024 07:02 WIB

Ahli Gizi Ungkap Alasan Jangan Masak Daging Kurban Setengah Matang

Memasak daging kurban dengan tepat memberi manfaat bagi kesehatan.

Perhatikan bagaimana mengolah daging kurban agar aman untuk dikonsumsi.
Foto: IRFAN ANSHORI/ANTARA
Perhatikan bagaimana mengolah daging kurban agar aman untuk dikonsumsi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masih punya stok daging kurban? Ahli gizi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana Jakarta Fitri Hudayani menyatakan memasak daging kurban baik kambing maupun sapi dengan cara yang tepat akan membawa manfaat kesehatan bagi tubuh.

“Daging kurban baik sapi maupun kambing yang cukup umum di masyarakat Indonesia adalah masuk ke dalam sumber lauk hewani sebagai sumber energi, protein dan lemak. Tapi kita harus memperhatikan bagaimana mengolahnya agar aman untuk dikonsumsi,” katanya, Selasa (18/6/2024).

Baca Juga

Fitri menuturkan daging kurban akan lebih bermanfaat bagi kesehatan tubuh apabila dimasak sampai dengan matang. Karena akan mencegah adanya bakteri yang ada di dalam daging maupun akibat proses penyembelihan atau penanganannya.

Memasak daging sampai matang akan mampu membunuh bakteri. Alasannya, bakteri di dalam daging tidak akan hilang hanya dengan mencucinya menggunakan air melainkan hilang melalui proses pematangan.

 

Sementara pengolahan daging dapat disesuaikan dengan selera masyarakat namun tetap tidak dianjurkan untuk mengolahnya setengah matang lalu dikonsumsi.

Fitri melanjutkan, terdapat pula anjuran jumlah daging yang aman dikonsumsi oleh tubuh. Misalnya dalam satu minggu hanya dua sampai tiga potong dan dikombinasikan dengan lauk hewani lain seperti unggas, ikan, dan telur.

“Jika jumlah daging berlebih saya anjurkan disimpan saja untuk dikonsumsi di lain waktu tetapi harus dengan proses penyimpanan yang baik,” katanya.

Apabila daging ingin disimpan untuk dikonsumsi di lain waktu, daging tersebut dapat disimpan dengan suhu minus lima sampai minus 10 derajat Celcius.

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement