Selasa 04 Jun 2024 14:08 WIB

Studi: Polusi Lebih Mematikan dari Gabungan Perang, Narkoba, dan Terorisme

Dari bangun tidur hingga tidur kembali, tiap individu pasti mengalami paparan polusi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan (ilustrasi). Berdasarkan penelitian, polusi (dalam segala bentuknya) menjadi ancaman kesehatan yang lebih berbahaya dari gabungan perang, terorisme, dan narkoba.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan (ilustrasi). Berdasarkan penelitian, polusi (dalam segala bentuknya) menjadi ancaman kesehatan yang lebih berbahaya dari gabungan perang, terorisme, dan narkoba.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat dunia dihadapkan pada ancaman perang, terorisme, dan penyakit mematikan. Namun, bagaimana jika bahaya yang sebenarnya adalah sesuatu yang ada di udara dan kita hirup setiap hari?

Baca Juga

Penelitian terbaru yang dipublikasikan di Journal of American College of Cardiology menemukan bahwa polusi, dalam segala bentuknya, kini menjadi ancaman kesehatan yang lebih berbahaya daripada gabungan perang, terorisme, malaria, HIV, TBC, narkoba, dan alkohol. Secara khusus, para peneliti memperkirakan bahwa polutan buatan manusia dan perubahan iklim berkontribusi terhadap tujuh juta kematian di seluruh dunia setiap tahunnya.

“Setiap tahun sekitar 20 juta orang di seluruh dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskular dengan polutan memainkan peran yang terus meningkat,” kata peneliti studi sekaligus CEO Victor Chang Cardiac Research Institute di Australia, Prof Jason Kovacic, dilansir Study Finds, Selasa (4/6/2024).

Penyebab di balik angka kematian global ini bukan hanya polusi dari knalpot atau cerobong asap pabrik. Studi yang dilakukan oleh para peneliti dari berbagai institusi bergengsi di seluruh dunia ini menyoroti polusi yang kurang dikenal seperti polusi tanah, polusi suara, polusi cahaya, dan bahkan paparan bahan kimia beracun.

Menurut peneliti, dari bangun tidur hingga tidur kembali setiap individu pasti mengalami paparan polusi dalam bentuk apapun. Misalnya terbangun dari tidur karena polusi suara dari lalu lintas, lalu paparan asap mobil dan klakson yang meraung-raung saat berangkat kerja. Di rumah, Anda mungkin tanpa sadar menggunakan produk yang mengandung bahan kimia yang belum teruji. Semua faktor ini, menurut penelitian, mengikis kesehatan jantung Anda.

“Polutan telah mencapai setiap sudut dunia dan mempengaruhi kita semua. Kita menyaksikan kebakaran hutan yang belum pernah terjadi sebelumnya, suhu yang melonjak, kebisingan jalan yang tidak dapat ditoleransi dan polusi cahaya di kota-kota, serta paparan bahan kimia beracun yang belum teruji di rumah kita,” kata Prof Kovacic.

Lantas bagaimana polusi udara membuat jantung tidak sehat? Ketika seseorang menghirup asap dari Kebakaran hutan atau asap knalpot, racun-racun ini masuk ke dalam paru-paru dan aliran darah, kemudian beredar ke seluruh tubuh.

“Ini seperti mengirimkan penyerang kecil ke dalam sistem tubuh Anda, menyebabkan kerusakan kemanapun mereka pergi, termasuk jantung,” kata Kovacic.

Jantung juga bisa terdampak dalam kondisi suhu panas. Selama gelombang panas, jantung harus bekerja lebih keras untuk membantu mendinginkan tubuh. Selain itu, kondisi dehidrasi dan berkurangnya volume darah akibat berkeringat, dapat menyebabkan masalah serius seperti gagal ginjal akut.

Paparan bahan kimia yang banyak ditemukan pada produk rumah tangga juga menjadi ancaman bagi kesehatan. Prof Kovacic mengatakan, ada ratusan ribu bahan kimia yang bahkan belum diuji keamanan atau toksisitasnya, apalagi dampaknya terhadap kesehatan.

“Statistiknya mengkhawatirkan. Polusi udara saja dikaitkan dengan lebih dari tujuh juta kematian dini per tahun, dengan lebih dari setengahnya disebabkan oleh masalah jantung. Selama gelombang panas, risiko kematian kardiovaskular akibat panas dapat meningkat lebih dari 10 persen,” kata dia.

Atas temuan ini, para peneliti mendesak tindakan yang tegas dari pemerintah di setiap negara untuk mengatasi masalah polusi yang terus berlanjut. “Tindakan mendesak diperlukan karena perubahan iklim terus berlanjut dan polusi menyusup ke udara yang kita hirup, air yang kita minum, makanan yang kita makan, dan tempat tinggal kita,” kata Kovacic.

 

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement