Selasa 14 May 2024 20:14 WIB

Sedang Berduka karena Kehilangan? Psikolog Jelaskan Tahapan Mengatasinya

Proses berduka karena kehilangan berlangsung dalam beberapa tahapan.

Kehilangan orang yang dicintai biasanya disertai dengan beragam emosi. Upaya untuk mengatasinya melibatkan tahapan yang kompleks.
Foto: Freepik
Kehilangan orang yang dicintai biasanya disertai dengan beragam emosi. Upaya untuk mengatasinya melibatkan tahapan yang kompleks.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog anak dan keluarga Sani B Hermawan menjelaskan bahwa kehilangan orang yang dicintai biasanya disertai dengan beragam emosi. Upaya untuk mengatasinya melibatkan tahapan yang kompleks.

"Mengatasi rasa kehilangan orang yang dicintai tidak mudah. Tentunya kan ada griefing process, ada pascakehilangan. Biasanya kehilangan itu disertai dengan rasa penyesalan, rasa bersalah, rasa tidak percaya, dan itu prosesnya maju mundur sampe ke tahap penerimaan," katanya pada Selasa (14/5/2024).

Baca Juga

Ia menyampaikan bahwa proses berduka setelah kehilangan orang yang dicintai mencakup beberapa tahapan, yang dimulai dari tahap tidak percaya, ketika seseorang mungkin bertanya-tanya, "Apakah benar ini terjadi?"

Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani itu mengatakan bahwa tahapan tersebut dapat berlanjut ke tahap rasionalisasi. Pada tahapan ini, orang berusaha mencari alasan atau memutarbalikkan kejadian.

Tahap selanjutnya adalah kemarahan dan kesedihan, masa munculnya perasaan marah dan sedih yang bercampur aduk.

Sani mengatakan bahwa tahapan-tahapan tersebut pada akhirnya akan menuju pada penerimaan, masa ketika orang mulai menerima kenyataan dan berdamai dengan keadaan.

Dia mengemukakan bahwa setiap individu dapat melalui proses berduka akibat kehilangan orang yang dicintai dengan cara yang berbeda.

Faktor-faktor seperti spiritualitas, kekuatan internal, dukungan dari keluarga dan orang terdekat, dan bantuan dari profesional dapat memengaruhi bagaimana seseorang mengatasi rasa kehilangan.

"Yang utama di sini adalah mendekatkan diri pada Tuhan, memiliki pendampingan dari keluarga terdekat, dan berkonsultasi ke ahlinya, misal psikolog. Bahkan jika dibutuhkan minum obat juga dari psikiater," kata Sani.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement