REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang mungkin pernah mengalami rambut yang tak kunjung kering setelah keramas. Alhasil mereka membiarkan rambut tetap basah atau lembap saat akan berkegiatan atau pergi tidur. Benarkah membiarkan itu bisa membuat masuk angin atau terserang penyakit lainnya?
Spesialis pengobatan keluarga Matthew Goldman menyampaikan ada potensi bahaya dari rambut yang dibiarkan basah. Akan tetapi, anggapan bahwa keluar rumah dengan rambut basah akan membuat seseorang mengidap pneumonia merupakan mitos.
"Anda tidak bisa sakit hanya karena keluar rumah dengan rambut basah. Rambut basah bukanlah penyebab masuk angin. Mikroorganisme, seperti virus, harus terlibat dalam penyebab flu," ujar Goldman, dikutip dari laman Cleveland Clinic, pada akhir pekan lalu.
Namun, ada keterkaitan antara rambut yang dibiarkan basah dengan kondisi lain, apalagi pada suhu dingin. Goldman menjelaskan, suhu udara yang lebih dingin adalah lingkungan yang lebih baik bagi virus, seperti rhinovirus (penyebab paling umum dari flu), untuk menyebar melalui udara.
Ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa kurangnya sinar matahari dan vitamin D selama musim dingin mungkin juga berperan dalam melemahnya sistem kekebalan tubuh. Bisa pula jadi penyebab berkurangnya kemampuan untuk meningkatkan respons terhadap infeksi.
Ketika sejumlah orang berkumpul di dalam ruangan untuk menghindari suhu ekstrem, entah suhu dingin yang ekstrem atau panas terik, infeksi yang ditularkan melalui udara cenderung lebih sering dan lebih mudah menular dari satu orang ke orang lain. Namun, bukan rambut atau cuaca yang membuat seseorang sakit.
Dia menyampaikan hal yang perlu lebih dikhawatirkan dari rambut yang tidak dikeringkan secara memadai sebelum beraktivitas, yaitu risiko pertumbuhan bakteri dan jamur. Jika rambut dibiarkan basah dan bercampur dengan keringat di iklim yang hangat, sentuhan dengan mikroorganisme sangat berpotensi terjadi infeksi.
Goldman juga membahas apa jadinya jika seseorang pergi tidur dengan rambut yang masih basah tanpa mengeringkan rambut. Kebiasaan itu dapat meningkatkan risiko infeksi, karena jamur dan bakteri berkembang biak akibat kontak permukaan bantal atau seprai yang terkena rambut basah semalaman.
Infeksi tersebut dapat mencakup aspergillosis, yang bisa berbahaya bagi orang dengan masalah pernafasan atau sistem kekebalan tubuh yang lemah. Ada juga folikulitis malassezia, kondisi gatal seperti jerawat ini disebabkan oleh infeksi jamur pada folikel rambut dan diperburuk oleh keringat, memicu ketombe atau dermatitis kulit kepala.
Risiko lain adalah kurap kulit kepala atau tinnea capitis, infeksi jamur yang sangat menular dan menyebabkan ruam merah, gatal, berbentuk cincin, bahkan dapat menyebabkan bintik-bintik botak. Namun, sekali lagi, perlu diulangi bahwa bukan rambut basah yang bisa membuat seseorang sakit.
Namun, jika seseorang pernah terpapar bakteri atau jamur tertentu, tidur dengan rambut basah dapat menciptakan lingkungan yang cocok untuk tumbuhnya bakteri atau jamur itu, yang pada akhirnya dapat menyebabkan infeksi. Hal lain yang perlu dicemaskan adalah kualitas rambut yang menurun.
Saat rambut basah, rambut dapat meregang dengan aman hingga 30 persen dari panjang aslinya tanpa kerusakan. Namun, tidur dengan rambut basah dan gaya yang ketat (seperti dikepang dan diikat), dapat membuat rambut tegang dan membuatnya lebih rentan patah.
Itu dapat menyebabkan rambut mudah pecah, rusak, mengalami gangguan pertumbuhan, dan terlihat kusam. "Kapan pun memungkinkan, usahakan untuk tidur dengan rambut kering,” kata Goldman, yang juga menyarankan memakai sarung bantal dengan kain yang menyerap kelembapan.