Sabtu 27 Apr 2024 23:57 WIB

IDI Ingatkan Ibu Hamil Jaga Nutrisi dan Periksa Kandungan untuk Cegah Stunting

Dokter ingatkan penanganan stunting dilakukan sejak dalam kandungan

Dokter melakukan pemeriksaan kepada ibu hamil di RSIA Tambak, Jakarta, Selasa (22/8/2023). Pemerintah terus berupaya mempercepat penurunan angka stunting secara nasional dengan menargetkan penuruanan stunting sebesar 14 persen dapat dicapai pada tahun 2024.
Foto: Republika/Prayogi
Dokter melakukan pemeriksaan kepada ibu hamil di RSIA Tambak, Jakarta, Selasa (22/8/2023). Pemerintah terus berupaya mempercepat penurunan angka stunting secara nasional dengan menargetkan penuruanan stunting sebesar 14 persen dapat dicapai pada tahun 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Medan mengingatkan ibu hamil agar menjaga nutrisi dan rutin memeriksakan kandungan untuk mencegah stunting.

"Penanganan stunting bukan saat anak itu lahir, tetapi justru ketika masih di dalam kandungan," ujar Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Medan dr Ery Suhaymi Sp B, MKed (Surg), FINACS, FICS di Medan, Sabtu (27/4/2024).

Nutrisi yang cukup, kata Ery, membuat perkembangan janin dalam kandungan bisa optimal. Namun, dia menilai itu mesti diiringi dengan pemeriksaan rutin ke dokter kandungan supaya kesehatan janin dapat dipantau.

"Ada namanya pemeriksaan kehamilan rutin pada ibu hamil dan itu selalu disarankan dokter. Selain menjaga kesehatan janin dan perkembangannya, hal itu juga untuk melihat kecukupan nutrisi ibu," kata dia.

Menurut dia, sejatinya ketika anak lahir dalam kondisi stunting atau terganggu pertumbuhan tubuh dan otaknya akibat kurang gizi, penanganan bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisinya.

Akan tetapi, kata Ery, hal tersebut butuh waktu karena memerlukan berbagai terapi, misalnya pemberian obat untuk penyakit yang muncul, pemberian gizi, nutrisi dan suplemen serta imunisasi.

Idealnya umur anak juga harus di bawah lima tahun agar penanganan stunting dapat memberikan hasil maksimal.

"Stunting dapat ditangani, tetapi lebih bagus mencegah daripada mengobati," tutur Ery.

Sampai tahun 2024, Indonesia masih terus berurusan dengan stunting. Pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk mencegahnya dengan mulai dari memberikan edukasi sampai memastikan layanan kesehatan yang memadai.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa pada tahun 2023, jumlah keluarga berisiko stunting di Indonesia turun hingga lebih dari 1,6 juta keluarga dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada tahun 2023 ada 11.896.367 keluarga berisiko stunting di Indonesia, lebih rendah dari tahun 2022 sebanyak 13.123.418 keluarga.

Sementara di Sumut, berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI), angka prevalensi stunting pada tahun 2023 juga turun menjadi 18,9 persen atau berkurang sekitar 2,2 persen dari tahun 2022 sebesar 21,1 persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement