Jumat 26 Apr 2024 07:08 WIB

Anak Bikin Mobil PLN Meluncur, Tabrakkan Chery Omoda E5, Bagaimana Supaya tak Terulang?

Anak bisa saja melakukan hal membahayakan ketika mengeksplorasi lingkungannya.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Reiny Dwinanda
Interior mobil Chery Omada E5. Seorang anak menginjak pedal gas Chery Omada E5 yang ada di area pameran Mall of Indonesia, Jakarta Utara hingga mobil menabrak dinding pada Selasa (23/4/2024).
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa waktu lalu, dua anak di waktu dan tempat berbeda terlibat insiden dengan mobil. Kejadian pertama menyangkut anak berusia lima tahun di Samarinda, Kalimantan Timur, yang masuk ke mobil PLN yang terparkir dengan pintu terbuka, lalu menarik rem tangannya hingga mobil meluncur bebas di jalan menurun.

Kejadian kedua melibatkan seorang anak yang masuk ke mobil Chery Omoda E5 di area pameran Mall of Indonesia, Jakarta Utara. Anak itu menginjak pedal gas hingga mobil menabrak dinding.

Baca Juga

Belajar dari dua kejadian tersebut, apa yang seharusnya dilakukan orang tua agar anak-anaknya yang masih kecil tidak melakukan hal-hal yang membahayakan ketika mengeksplorasi lingkungannya? Psikolog anak Sani Budiantini mengingatkan bahwa ini adalah tugas berat bagi orang tua.

"Memang tugas orang tua itu berat dalam menghadapi perilaku anak karena tingkah lakunya bervariasi, beragam, tergantung yang anak inginkan," ucap Sani saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (24/4/2024).

Setiap anak, khususnya usia balita, memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Di lain sisi, mereka belum bisa berpikir sebab-akibat, belum bisa berpikir panjang.

Balita cenderung melakukan hanya apa yang mereka mau saja. Mereka begitu semata karena berusaha memuaskan rasa ingin tahunya.

Menurut Sani, hal itulah yang berpotensi menyebabkan bahaya pada diri anak ataupun lingkungan sekitarnya. Ia pun menyerukan agar orang tua sigap dalam mencermati setiap fenomena yang ada, dan terus memberikan informasi kepada anak.

Sani menyebut, peristiwa buruk yang terjadi saat ini di dunia bisa menjadi pelajaran buat anak agar anak tahu mana yang boleh dan tidak boleh. Hanya saja, sering kali ayah dan ibu mungkin saja terlewat untuk memberi nasihat tertentu yang ternyata membahayakan anak atau orang di sekitarnya.

"Bisa jadi orangtua ke-skip kan, karena nggak semua bisa diceritakan tapi di sinilah yang perlu kita sampaikan kepada anak. Kalau ada anak yang berpikir sesuatu atau berfantasi, kita dorong mereka supaya bercerita kepada kita," jelas Sani yang juga merupakan direktur Lembaga Psikologi Daya Insani itu.

Ketika anak bercerita, orang tua bisa mengetahui apa yang ada di pikiran anak. Dengan begitu, jika ada yang salah, ayah dan ibu bisa meluruskan serta memberikan arahan atau bimbingan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement