REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada teman yang baru minta maaf saat Lebaran tapi sudah bikin Anda kesal lagi? Kelakuan seperti itu tentu membuat kecewa dan terkadang sulit untuk kembali memaafkan.
Sebagai Muslim, bagaimana kita harus bereaksi terhadap orang yang seperti itu? Apakah ini tanda-tanda kita harus memutuskan pertemanan dengannya?
Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta, ustadz Irfan Helmi mengungkapkan bermaaf-maafan dalam momentum Lebaran sebenarnya bukan bermakna minta maaf atas kesalahan. Itu dilakukan lebih kepada mengucapkan selamat Idul Fitri atau selamat Lebaran.
Secara kebiasaan, masyarakat saling menyampaikan ucapan selamat Lebaran dengan berbagai bentuk kalimat. Contohnya antara lain adalah "Mohon maaf lahir batin", dan "Selamat Hari Raya Idul Fitri. Taqabbalallahu minna wa minkum. Minal 'aidin wal faizin. Mohon maaf lahir batin".
"Itu sebenarnya bukan berarti betul-betul minta maaf atas kesalahan karena kalau secara logika kalau dia minta maaf atas kesalahan mestinya ketika dia melakukan kesalahan dia segera minta maaf. Enggak harus menunggu momentum lebaran, betul tidak?" ujar ustadz Irfan.
Lebih lanjut, ustadz Irfan juga mengatakan manusia memang tempat berbuat kesalahan dan lupa. Dua hal tersebut merupakan sifat manusia yang sudah alamiah. Maka dalam hal ini ada tuntunan Nabi Muhammad SAW, yaitu:
كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
Artinya: "Setiap manusia itu pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah bertaubat (kepada Allah SWT)." (HR Ahmad, Tirmidzi Juz 4: 2499, Hakim Juz 4: 7617, dan Ibnu Majah: 4251, lafazh ini milik keduanya).
"Nah bertaubat, istighfar, memohon ampun kepada Allah, kemudian kalau kesalahan itu berhubungan dengan manusia maka ya segera dia minta maaf," kata ustadz Irfan.