REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana Netflix untuk membeli Warner Bros Discovery senilai 72 miliar dolar AS (Rp1.300-an triliun) kini berada di bawah pengawasan ketat dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Jika disetujui, akuisisi ini akan menyatukan dua raksasa streaming dunia, menggabungkan studio film dan televisi Warner, termasuk DC Studios (rumah bagi karakter pahlawan super ikonik), dengan gudang konten raksasa dan lengan produksi milik Netflix.
Namun, di tengah ambisi besar ini, keputusan akhir akan bergantung pada persetujuan regulasi pemerintah, sebuah proses yang secara eksplisit diakui Trump akan ia ikuti dan pengaruhi. Pada awalnya, saat diwawancarai di acara Kennedy Center Honors, Trump melontarkan nada khawatir. Meskipun ia memuji Netflix sebagai perusahaan yang hebat yang telah melakukan pekerjaan yang luar biasa dan menyebut CEO-nya, Ted Sarandos, sebagai pria yang fantastis yang ia temui baru-baru ini di Oval Office, pujian tersebut tidak menghapus masalah utama.
Trump menekankan bahwa akuisisi ini akan menciptakan pangsa pasar yang sangat besar. "Mereka memiliki pangsa pasar yang sangat besar dan ketika mereka memiliki Warner Bros., pangsa itu meningkat pesat," ujar Trump dikutip dari laman AP pada Selasa (9/12/2025).
Ia menyimpulkan dengan tegas bahwa besarnya pangsa pasar yang terkonsentrasi tersebut bisa menjadi masalah dan menegaskan dirinya akan terlibat dalam keputusan itu. Menariknya, sehari setelahnya, pandangan Trump terdengar lebih hati-hati saat ia ditanya kembali di sebuah acara Gedung Putih.
Kali ini, Trump mengatakan ia tidak tahu apa-apa tentang kesepakatan itu secara detail, meskipun ia mengeklaim, "Saya tahu perusahaan-perusahaan itu dengan sangat baik, saya tahu apa yang mereka lakukan," ujarnya.
Kompleksitas situasi ini semakin rumit karena adanya tawaran tandingan dari Paramount untuk Warner Bros., sebuah tawaran yang didukung oleh investor yang terhubung dengan Jared Kushner, menantu Trump. Meskipun demikian, Trump menepis konflik kepentingan dan menyatakan ia belum berbicara dengan Kushner tentang tawaran tersebut.
Secara keseluruhan, nasib Netflix, yang disebut Trump sebagai perusahaan hebat dengan CEO yang fantastis, kini berada di persimpangan jalan regulasi. Akuisisi yang berpotensi menentukan masa depan industri hiburan, menggabungkan studio legendaris seperti pemilik Harry Potter dan HBO Max dengan dominasi streaming Netflix, kini harus melalui "proses" yang keputusannya akan melibatkan pertimbangan politik di level tertinggi.