Rabu 03 Apr 2024 17:10 WIB

Kritik Film Oppenheimer, Video Aljazirah Jadi Viral

Film Oppenheimer kini sedang tayang di Jepang.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Karakter Albert Einstein (kiri) dan J Robert Oppenheimer (kanan) di film Oppenheimer. Dalam film, bagi Einsten, karya Oppenheimer tetap tidak termaafkan.
Foto: Universal Pictures
Karakter Albert Einstein (kiri) dan J Robert Oppenheimer (kanan) di film Oppenheimer. Dalam film, bagi Einsten, karya Oppenheimer tetap tidak termaafkan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Video yang diunggah oleh kanal berita digital milik Aljazirah, AJ+, belum lama ini menjadi viral di media sosial. Video tersebut memuat kritik terhadap film Oppenheimer karena dianggap mengabaikan aspek kejahatan perang yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) terhadap Jepang saat Perang Dunia II.

Video tersebut dibuka oleh seorang reporter AJ+ yang sedang duduk di kursi bioskop. Sang reporter menyatakan bahwa dia baru saja selesai menonton film Oppenheimer.

Baca Juga

"Ada sesuatu yang tidak dibahas oleh film tersebut," kata sang reporter dalam video yang diunggah oleh AJ+ di X, seperti dikutip pada Rabu (3/4/2024).

Sang reporter lalu menyatakan bahwa film tersebut dinilai tidak mengkritik keputusan AS yang menggunakan bom atom untuk menyerang warga sipil Jepang. Menurut sang reporter, film tersebut sejalan dengan penolakan AS untuk mengakui bahwa mereka melakukan kejahatan perang terhadap Jepang.

"(Dan sejalan dengan) justifikasi bahwa bom tersebut dibutuhkan untuk mengakhiri perang," kritik sang reporter, seperti dilansir Fox News.

Video tersebut juga menampilkan cuplikan wawancara dengan ahli sejarah Naoko Wake dari Michigan State University, AS. Menurut Wake, film Oppenheimer menghadirkan kisah perang yang sangat terbatas dan hanya menyoroti satu aspek dari sejarah saja.

Menurut Wake, AS tidak ingin muncul pemikiran yang menyangsikan bahwa Perang Dunia II adalah "perang yang baik". Alasannya, pemikiran seperti itu bisa menjadi ancaman bagi kepentingan dan keamanan nasional AS.

"Setelah 78 tahun, tak satu pun presiden AS yang meminta maaf kepada para korban. Film ini sangat sesuai dengan pola Amerika yang menghindari akuntabilitas atas kejahatan yang telah dilakukan," ujar Wake.

Seperti diketahui, saat Perang Dunia II, AS menjatuhkan bom atom ke Hiroshima dan Nagasaki. Ada sekitar 200 ribu warga Jepang yang diperkirakan menjadi korban jiwa akibat kedua bom tersebut.

Selain merenggut banyak nyawa, bom tersebut juga membuat banyak warga Jepang mengalami beragam penyakit akibat paparan radiasi, termasuk penyakit kanker. Dampak dari paparan radiasi ini baru muncul puluhan tahun setelah bom atom meledak di Hiroshima dan Nagasaki.

"Jenis kanker seperti itu tidak muncul sampai puluhan tahun kemudian. Banyak dari mereka (yang terpapar radiasi) memutuskan untuk tidak berkeluarga sama sekali. Mereka tidak ingin memiliki keturunan karena takut akan risiko kecacatan," kata Wake.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement