Rabu 06 Mar 2024 11:39 WIB

Wamenkes Sebut Obesitas Sentral Lebih Besar Sebabkan Risiko Diabetes

Obesitas berbahaya karena tunjukkan adanya resistensi insulin yang sebabkan diabetes.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Friska Yolandha
Ilustrasi obesitas. Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof dr Dante Saksono Harbuwono mengatakan, obesitas masih menjadi permasalahan besar di Indonesia.
Foto: www.freepik.com
Ilustrasi obesitas. Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof dr Dante Saksono Harbuwono mengatakan, obesitas masih menjadi permasalahan besar di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof dr Dante Saksono Harbuwono mengatakan, obesitas masih menjadi permasalahan besar di Indonesia. Ia mengatakan, yang lebih berbahaya lagi adalah obesitas sentral yang dapat meningkatkan risiko diabetes.

“Obesitas sentral ini biasanya hanya besar di bagian perutnya saja, berbeda dengan obesitas biasa yang besar di seluruh tubuh. Obesitas sentral berbahaya karena menunjukkan adanya resistensi insulin,” ucap Wamenkes dalam World Obesity Day yang digelar oleh Novo Nordisk Indonesia di Jakarta, Selasa (5/3/2024).

Baca Juga

Akibat adanya resistensi insulin, maka insulin tidak bisa bekerja dengan baik dan menyebabkan gula darah meningkat. Di kemudian hari, insulin yang tidak berfungsi itu akan menjadi diabetes, akan menjadi hipertensi, akan menjadi gangguan pembuluh darah dan jantung.

Selain dengan mengukur berat badan dan tinggi badan, orang dewasa dengan obesitas bisa dicek dari lingkar perut. Lingkar perut perempuan tidak boleh lebih dari 80 cm, dan laki-laki tidak boleh lebih dari 90 cm.

Wamenkes juga menjelaskan bahaya obesitas pada anak, dan memiliki tanda spesifik seperti lingkar leher di bagian belakang menghitam atau acanthosis nigricans. Jika anak sudah memilikinya, maka itu bisa menjadi pertanda kemungkinan anak bisa mengalami resistensi insulin di kemudian hari.

Obesitas pada anak menjadi salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian di Indonesia, yang berdampak pada anak-anak dan remaja. Data terbaru menunjukkan bahwa Indonesia saat ini menghadapi tiga beban malnutrisi (TBM), dengan peningkatan dramatis kasus kelebihan berat badan dan obesitas di masyarakat, termasuk di kalangan rumah tangga berpendapatan rendah.  

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018, 1 dari 5 anak usia sekolah (20 persen atau 7,6 juta) dan 1 dari 7 remaja (14,8 persen atau 3,3 juta) di Indonesia hidup dengan kelebihan berat badan atau obesitas.

Menanggapi isu tersebut, Kementerian Kesehatan, Kedutaan Besar Denmark di Indonesia, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), berbagai asosiasi medis, Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI), dan Novo Nordisk, juga bekerja sama dengan sektor publik dan swasta dalam menanggulangi obesitas pada anak.

“Obesitas pada anak juga berpotensi menyebabkan resistensi insulin dan berdampak pada penyakit diabetes dan gangguan kardiovaskular. Seiring dengan Indonesia yang sedang menyiapkan Indonesia Emas 2045, kita harus mempersiapkan anak-anak Indonesia untuk bebas dari obesitas dengan memberikan contoh asupan makanan sehat,” ujar Wamenkes.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement