REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Demas, perancang aksesori dan pernak-pernik futuristik, suatu malam dikejutkan insiden janggal. Seorang perempuan berparas sangat cantik tiba-tiba muncul di ruang kerjanya setelah kilat dan petir menyambar. Padahal, ruang kerja Demas berada di lantai dua sebuah ruko.
Perempuan itu bernama Karmen. Dia mengaku tidak berasal dari Bumi. "Alien" itu jatuh cinta pada Demas dan juga menginginkan cintanya.
Demas mengira itu semua hanya halusinasi. Keesokan harinya, pemuda tersebut bekerja seperti biasa bersama Sulih, sahabat perempuan sekaligus mitra bisnisnya.
Namun, suatu ketika, perempuan itu kembali. Dia juga menampakkan diri di hadapan Sulih. Demas pun menyadari bahwa Karmen bukanlah mimpi atau ilusi.
Bahkan, alien jelita itu terang-terangan berkata pada Sulih, "Saya butuh cinta Demas. Bisa kamu sampaikan?".
Kisah Demas dan Karmen dikemas dalam sebuah novel grafis berjudul Tidak Jatuh Cinta, hasil kolaborasi penulis Rayni Massardi dan Erby S. Menemani tulisan di setiap halaman novel ini, terdapat sketsa hitam-putih yang juga menarik untuk diinterpretasikan.
Premis novel ini sederhana, yakni perempuan dari planet lain yang jatuh cinta kepada sesosok pria di Bumi. Beranjak ke definisi "jatuh cinta", para tokoh di novel ini pun saling mempertanyakannya. Ada metafora tentang cinta dan wujudnya yang tidak selalu serupa.
Terdiri dari 12 bab, novel grafis Tidak Jatuh Cinta sangat mudah dibaca dan dinikmati berbagai kalangan. Namun, mungkin karya ini lebih relate dengan pembaca kekinian. Ada banyak istilah populer, misalnya tren di TikTok, augmented reality, dan Wakanda.
Daya tarik dari novel ini adalah penggambaran karakter dengan gaya bertutur yang khas. Sejak awal cerita, pembaca disuguhi banyak diksi yang lugas namun menggelitik. Contohnya, saat tokoh Demas disebut merasa tampan, lalu diikuti dengan keterangan "wajahnya tidak seperti tutup termos".
Pun dalam penggambaran suasana di tengah cerita, ada disebut "matahari enggan flexing". Pembaca diajak mengikuti aliran cerita dengan berbagai keunikan tutur kata itu, mulai dari perkenalan karakter Demas, pertemuan dengan Karmen, saat-saat dilanda rindu, ketika mereka bersatu selama beberapa waktu, hingga lembar-lembar penghabisan cerita.
Pembaca yang mengharapkan akhir kisah bahagia atau penyelesaian konflik yang gamblang harus siap-siap kecewa. Sebab, novel Tidak Jatuh Cinta tidak menawarkan itu semua. Justru, lewat jalan ceritanya, pembaca diajak merenungi berbagai hal dan rasa.
Kontemplasi itu salah satunya tentang kemungkinan kehidupan lain di alam semesta, yang dalam cerita ini direpresentasikan dengan kehadiran Karmen. Begitu juga perenungan mengenai cinta, beserta sisi gelap yang bisa muncul dari perasaan tersebut.
Dengan total 144 halaman (termasuk kata pengantar dari sastrawan Seno Gumira Ajidarma), buku yang terbilang tipis ini cocok untuk dibaca di kala senggang. Novel grafis Tidak Jatuh Cinta bisa menemani momen santai, lantas yang rampung membaca bisa berpikir ulang tentang makna cinta.