Jumat 29 Dec 2023 17:57 WIB

Begini Akibatnya Jika Pengidap Sindrom Munchausen tidak Lekas Ditangani

Sindrom munchausen ialah gangguan psikologis yang membuat seseorang pura-pura sakit.

Rep: Shelbi Asrianti / Red: Friska Yolandha
Gypsy Rose Blanchard berbicara dengan pengacaranya Mike Stanfield, kanan, dan Clate Baker sebelum hadir di pengadilan, 5 Juli 2016, di Springfield, Mo. Blanchard, wanita Missouri yang mengaku meyakinkan pacar daringnya untuk membunuh ibunya yang kejam setelah dipaksa berpura-pura selama bertahun-tahun menderita leukemia, distrofi otot, dan penyakit serius lainnya, akan dibebaskan bersyarat pada Kamis, 28 Desember 2023.
Foto:

Orang dengan sindrom munchausen bisa menjadi sangat manipulatif. Dalam kasus yang paling serius, pengidapnya mungkin menjalani operasi yang menyakitkan dan terkadang mengancam nyawa, meskipun mereka tahu bahwa hal tersebut tidak diperlukan.

Sindrom munchausen sangat kompleks dan kurang terdiagnosis. Beberapa faktor telah diidentifikasi sebagai kemungkinan penyebab sindrom munchausen. Ini termasuk trauma emosional atau penyakit selama masa kanak-kanak, gangguan kepribadian, juga dendam pada figur otoritas atau profesional kesehatan.

Ada dua kelompok yang cenderung mengidap sindrom munchausen, meski para pakar belum mengetahui penyebabnya. Mereka adalah perempuan berusia 20-40 tahun yang memiliki latar belakang di bidang kesehatan, serta pria kulit putih berusia 30-50 tahun yang belum menikah.

Dalam ulasannya, NHS mengatakan bahwa mengobati sindrom munchausen bisa menjadi cukup sulit karena kebanyakan pengidapnya menolak mengakui bahwa mereka memiliki masalah psikis ini. Mereka juga menolak bekerja sama menerapkan rencana penanganan.

Apabila pengidap sindrom ini tidak mengaku bahwa ia berbohong, sebagian besar ahli sepakat bahwa dokter yang bertanggung jawab atas perawatan mereka harus meminimalkan kontak medis. Jika seseorang mengakui perilakunya, selanjutnya bisa dirujuk ke psikiater untuk penanganan lebih lanjut. 

Sayangnya, belum ada pengobatan standar untuk sindrom Munchausen. "Namun, kombinasi psikoanalisis dan terapi perilaku kognitif (CBT) telah menunjukkan keberhasilan dalam mengendalikan gejalanya," tutur NHS.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement