REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernyataan salah satu calon presiden (capres) dalam momen debat capres perdana pada Selasa (12/12/2023) petang menuai tanggapan banyak pihak. Di acara tersebut, salah satu capres mengatakan harga-harga sembako terkendali.
Zulfatul Fikriyah (40 tahun), salah satu warga Cakung, Jakarta Timur, berpendapat pernyataan salah satu capres itu kurang akurat. Pasalnya, perempuan yang akrab disapa Zulfa itu mendapati harga-harga sembako justru merangkak naik. "Hampir semua naik harganya, apalagi menjelang Natal dan tahun baru. Ayam dan telur naik terus, susah turunnya," ungkap ibu dua anak tersebut.
Dia mencontohkan kenaikan harga lain, seperti cabai, tomat, dan bawang. Zulfa mendapati harga telur berfluktuasi. Namun, harga ayam dari Rp 38 ribu, sekarang bisa Rp 40 ribut hingga Rp 45 ribu.
Selama ini, untuk sehari-hari, keluarga Zulfa berbelanja di Pasar Klender tiga hari sekali. Karena itu, dia bisa selalu memantau fluktuasi harga di pasar. Zulfa berharap pemerintah bisa benar-benar melakukan sesuatu untuk pengendalian harga.
Keluhan lain disampaikan Umi Acih (50 tahun) yang berdomisili di Bubulak, Kota Bogor. Dia mengatakan harga berbagai bahan pokok saat ini relatif tinggi. "Apa-apa sekarang mahal," ucapnya.
Umi Acih mencontohkan, jika dia membeli bawang secara eceran seharga Rp 5 ribu di warung, biasanya mendapat banyak, tapi kini hanya mendapat sedikit. Begitu juga cabang rawit serta cabai merah yang harganya merangkak.
Kenaikan harga yang membuat Umi Acih cukup terkejut adalah tomat yang kini mencapai Rp 20 ribu per kilogram. Padahal, tadinya tidak sampai Rp 10 ribu.
Menurut Umi Acih, berbagai kenaikan harga cukup menyulitkan. Selain berbelanja di Pasar Anyar, Bogor, dia harus mencari kios mana yang menawarkan harga lebih murah. Namun, dia merasa beruntung sebab dia tengah libur berjualan makanan dan penganan kecil di kantin sekolah.
Dengan berbagai kenaikan harga, jika terus berjualan, Umi Acih mengatakan ada potensi merugi. "Karena mau tahun baru, semua pada naik. Untung Umi libur berjualan dulu karena murid-murid ulangan. Kalau tetap jualan, jadi bingung," tuturnya.