REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istilah julid fi sabilillah belakangan sering disebut-sebut di media sosial (medsos). Banyak warganet memakai istilah itu untuk melakukan "serangan" kepada zionis Israel via media sosial.
Berkaitan dengan konflik Israel-Hamas dan berbagai serangan tak berperikemanusiaan oleh Israel ke Palestina, propaganda di media sosial juga cukup gencar. Zionis Israel tak hentinya membagikan informasi palsu terkait Palestina, sementara mereka berlagak menjadi korban.
Akan tetapi, warganet tentu tidak bodoh. Banyak pengguna internet berhasil menggali berbagai kebohongan Israel, lalu berkomentar pedas di berbagai akun media sosial zionis Israel, termasuk di akun pasukan pertahanan Israel atau Israel Defense Forces (IDF).
Nyinyiran, hujatan, dan aneka komentar julid itulah yang disebut julid fi sabilillah. Sebutan itu menggabungkan istilah julid dan jihad fi sabilillah. Dalam Islam, jihad fi sabilillah artinya berjuang di jalan Allah.
Dengan demikian, istilah julid fi sabilillah bermakna perkataan negatif atau nyinyir yang ditujukan untuk berjuang di jalan Allah. Sebab, sasaran yang dituju dengan serangan komentar pedas itu adalah pihak yang memang layak diperangi.
Salah satu sosok yang kian menyebarkan secara meluas istilah julid fi sabilillah adalah warganet Indonesia bernama Erlangga Greschinov. Bahkan, dia disebut-sebut sebagai penggerak untuk aksi tersebut, juga "mengerahkan" tentara netizen Indonesia serta Malaysia.
Lewat akun X (sebelumnya disebut Twitter) @Greschinov, dia mengunggah "Pengumuman Teknis Operasi #JulidFiSabilillah Brigade Hassan bin Tsabit". Status X tersebut dibagikan pada 27 November 2023. Dia menyebut diri sebagai Komandan Satuan Operasi Khusus Netizen Julid Anti-Israel.
Greschinov menjabarkan tujuh hal teknis operasi julid fi sabilillah sehingga bukan sekadar berkata-kata kasar tanpa tujuan. Dia menyebutkan, operasi julid fi sabilillah ditujukan untuk melemahkan moril Israel, memerangi propaganda zionis, dan memperkuat narasi pro Palestina di jagat maya, baik itu di Twitter, Instagram, TikTok, Facebook, dan kanal lain.
"Target utama kita adalah para tentara dan aparat kepolisian Israel, warga atau badan yang membuat narasi anti-Palestina, dan menyebarluaskan gerakan ini seluas-luasnya kepada masyarakat Indonesia agar turut serta," kata Greschinov.
Tindakan yang disebutnya perlu dilakukan yaitu memberikan narasi tandingan dengan dua cara berbeda. Terdapat metode persuasif seperti komentar pro Palestina dan membagikan informasi fakta tentang Palestina, namun ada juga upaya trolling seperti perisakan, hujatan, retasan, serta report massal pada akun-akun zionis.
Greshinov menyerukan untuk tidak membawa narasi antisemit (holocaust, NAZI, Hitler, dan semacamnya) dalam perjuangan julid fi sabilillah. Sebab, tujuannya adalah melawan zionisme dan kekejaman Israel, bukan bangsa atau ras Yahudi.
"Sekali lagi, ingat ya, kita memerangi zionis dan Israel, bukan orang Yahudi. Kalau ada orang Yahudi pro Palestina yang gak salah apa-apa lo serang juga, lo bukan bagian dari #JulidFiSabilillah," ujar Greschinov.
Gerakan julid fi sabilillah tak jarang membuat zionis kelimpungan. Salah satunya yang menimpa seorang tentara IDF. Tentara IDF kerap menggunakan platform medsos mereka untuk membangun opini dan membagikan foto-foto keseharian mereka ketika bertugas. Hal ini memancing reaksi dari warganet di seluruh dunia, termasuk Indonesia
Warganet Indonesia gencar menyerang akun Instagram para anggota IDF, beberapa warganet menuliskan, "Free Palestine", "Child Killer", dan "Terrorist". Seorang warganet Indonesia dengan nama akun Greshinov membagikan daftar 50 akun Instagram tentara IDF untuk digeruduk. Bahkan dia juga membagikan nomor WhatsApp tentara IDF.
Akun seorang tentara IDF @michal_matzov dihujani hujatan oleh warganet Indonesia di kolom komentar dengan menyebutnya sebagai "pembunuh bayi", "teroris" dan "pergi ke neraka". Hujatan warganet Indonesia itu membuat Matzov marah dan mentalnya terganggu.
Dalam sebuah unggahan di Instagram, Matzov mengatakan dia sangat terganggu dengan komentar warganet Indonesia yang menghujatnya habis-habisan. Matzov mengatakan, dia sudah terbiasa dengan hujatan yang dilontarkan kepadanya sejak awal perang. Namun dalam beberapa hari terakhir, hujatan dari warganet Indonesia membuatnya meledak.
"Dalam dua hari terakhir, mereka (warganet Indonesia) membuat saya meledak dengan reaksi seperti itu karena Palestina. Banyak orang mengatakan Anda seorang pembunuh. Bagaimana rasanya tanganmu berlumuran darah?," kata Matzov.
Matzov juga mengeluhkan banyak warganet Indonesia yang melaporkan akun Instagram-nya. Hal ini membuatnya geram sekaligus putus asa. Dalam video yang diunggahnya, Matzov meminta bantuan kepada followernya untuk melawan warganet Indonesia dengan melaporkan akun-akun tersebut.
"Aku mengandalkanmu teman-teman, semoga kalian bisa membantuku," ujar Matzov.