REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tampaknya, semua orang sedang mengkhawatirkan konsentrasi mereka akhir-akhir ini. Termasuk komika Bintang Emon yang mencurahkan apa yang dirasakannya lewat Instastory, ketika dirinya merasa terlalu banyak informasi kilat di media sosial yang membuat pikiran sulit fokus.
Seorang profesor psikiatri dan ilmu perilaku di Fakultas Kedokteran Universitas Washington, Margaret Sibley, mengkhususkan diri dalam menangani remaja dan orang dewasa yang menderita gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD).
“Tetapi baru-baru ini, saya dan rekan-rekan saya ‘dibanjiri’ dengan klien yang sebenarnya tidak menderita ADHD, tetapi mereka khawatir akan menderita ADHD,” kata Sibley, melansir Time.
Sulit untuk menyalahkan mereka akan kekhawatirannya tersebut, apalagi tingkat diagnosis ADHD sedang meningkat di Amerika Serikat dan unggahan TikTok maupun platform media sosial lainnya, diyakini menjadi penyebab lebih banyak orang merasa memiliki masalah pada konsentrasi mereka.
Sebuah survei di Inggris baru-baru ini, menemukan bahwa sekitar separuh orang dewasa merasa attention span (rentang perhatian) mereka semakin pendek. Dan banyak guru mengatakan hal yang sama juga terjadi pada anak-anak.
Salah satu direktur Pusat Perhatian, Pembelajaran, dan Memori di Universitas St Bonaventure New York, Adam Brown, mengatakan ada alasan kuat untuk khawatir akan hal ini. Dalam pandangannya, kurangnya perhatian telah mencapai tingkat ‘epidemi’. Tapi kabar baiknya, ini adalah epidemi yang bisa ditumbangkan.
“Pada tingkat neurologis, saya tidak menduga ada hal besar yang terjadi, sehingga attention span seseorang menjadi lebih pendek. Ini adalah lingkungan tempat kita tinggal. Ini adalah telepon,” kata Brown.
Pandangan modern terhadap masalah lama menyoal distraksi, bukanlah hal baru. Fokus, secara alami bisa naik dan turun bergantung pada berbagai faktor, mulai dari seberapa lama seseorang tidur pada malam sebelumnya hingga seberapa tertariknya mereka pada tugas yang ada. Namun ‘campuran’ kecemasan yang melekat dalam kehidupan, dapat menyebabkan hilangnya perhatian.
Kebanyakan orang yang tidak memiliki masalah perhatian kronis, mungkin dapat fokus dengan cukup baik jika diberi tugas di ruangan yang sunyi dan kosong. Tapi kinerja mereka mungkin akan lebih buruk jika melakukan tugas yang sama di ruangan tempat orang-orang berbicara dan penuh musik.
“Dalam kehidupan modern, pada dasarnya kita hidup di ruangan yang penuh dengan gangguan sepanjang waktu, akibat persaingan antara tuntutan pekerjaan dan kehidupan rumah tangga, pemicu stres masyarakat seperti pandemi, dan godaan terus-menerus terhadap ponsel, media sosial, dan internet,” papar Sibley.
Layar menghadirkan ladang....