REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Kepala Pusat Industri Perdagangan dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho memprediksi tren pariwisata 2024 mengalami hiperlokal atau berfokus pada komunitas dan area tertentu serta perjalanan wisata dengan waktu yang panjang namun berkualitas (slow travel).
“Tren pariwisata 2024 akan mengalami 'hyperlocal and slow travel' di mana para wisatawan ini tidak ingin cepat-cepat menghabiskan waktu. Waktu yang dihabiskan dalam berwisata jauh lebih lama dan memilih destinasi domestik yang menawarkan konsep alam dan wisata hijau,” ujar Andri di Jakarta, Rabu (29/11/2023).
Pendiri Tanakita Eko Binarso juga mengatakan wisata petualangan menjadi tren pariwisata ke depan seperti adventure activities (hiking, budaya, kuliner, dll) menjadi tren kuat pada tahun 2023.
Meski demikian, Eko mengatakan wisata petualangan yang belum digarap secara optimal adalah wisata alam. Sementara Indonesia memiliki sejumlah destinasi wisata minat khusus yang sudah dikenal.
“Kita harus bangga punya world heritage seperti Gunung Rinjani, Komodo, Gunung Leuser yang aktivitas wisatanya sangat ramah lingkungan,” kata Eko.
Tantangan pengembangan wisata alam, menurut Eko antara lain infrastruktur, aksesibilitas, bencana alam, keselamatan wisatawan, pengelolaan dampak, promosi dan branding, koordinasi kelembagaan, menciptakan destinasi baru, polusi.
Tren pariwisata 2024 juga tertuju pada pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism). Pariwisata ramah lingkungan dan berkelanjutan banyak diminati wisatawan.
“Pada 2017 dunia mencanangkan hari berkelanjutan di mana 82 persen menghormati warisan budaya. Selain itu kualitas pekerja lokal pariwisata mempunyai komitmen tinggi untuk menjaga warisan budaya,” kata pengamat pariwisata sekaligus CEO & Founder Berbangsa Vitria Ariani.
Vitria mengatakan contoh konkret pariwisata berkelanjutan adalah desa wisata. Pasalnya saat ini desa wisata menjadi jadi destinasi yang dilirik wisatawan.