REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof dr IGNG Ngoerah Bali, dr Anak Agung Ayu Yuli Gayatri menyarankan masyarakat memperbanyak mengonsumsi vitamin D saat memasuki musim hujan.
"Yang perlu sekarang itu konsumsi vitamin D, musim hujan kan rawan penyakit. Saat ini banyak penelitian yang membuktikan kalau vitamin D bisa melawan penyakit, baik berupa virus, bakteri, atau yang lainnya, karena bisa melakukan mekanisme pertahanan melalui pembentukan protein-protein tertentu," kata Yuli dalam siniar Kementerian Kesehatan yang diikuti di Jakarta, Senin (20/11/2023).
Yuli menjelaskan, Indonesia termasuk salah satu negara dengan penduduk yang paling banyak kekurangan vitamin D di dunia, sehingga selain lebih banyak berolahraga di bawah sinar matahari, masyarakat juga perlu mengonsumsi suplemen yang mengandung vitamin D, karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
Yuli memaparkan beberapa penyakit yang sering muncul di saat musim hujan, di antaranya influenza, demam berdarah dengue (DBD), diare, dan leptospirosis.
"Umumnya yang terjadi itu flu, ditularkan melalui percikan ludah atau dahak dari manusia ke manusia lainnya, ketika terhirup lalu akan mengalami influenza, dengan gejala umum infeksi berupa demam, nyeri kepala, nyeri otot, nafsu makan menurun, pilek, batuk, atau nyeri tenggorokan," ucapnya.
Kemudian, DBD yang penyebabnya juga virus, hanya saja penularannya melalui hewan perantara yakni nyamuk. Umumnya kasus DBD meningkat saat hujan, karena nyamuk lebih banyak berkembang biak di air yang tergenang, misalnya pada daun-daun, taman yang rimbun, atau wadah-wadah yang menampung air.
Ia menjelaskan, gejala awal DBD yakni demam yang bertahan dalam kurun waktu 2-7 hari, disertai dengan sakit kepala yang khas di belakang mata.
"Ada gejala lain juga yakni nyeri otot, mual, muntah, bahkan diare, dan nafsu makan menurun. Ini juga akan diikuti dengan penurunan trombosit, sehingga ada risiko komplikasi pendarahan spontan, atau misalnya pada perempuan, saat menstruasi jadi lebih banyak," paparnya.
Kemudian, diare akut, yang disebarkan melalui oral, misalnya dari kotoran manusia yang mengandung mikroba dan tersebar di air atau tanah, kemudian mengenai sayuran atau makanan yang tidak tercuci dengan bersih, dari alat-alat makan, atau dari tangan penyaji yang tidak dicuci dengan baik, juga bisa muncul dari lalat yang sebelumnya hinggap di kotoran.
Selain itu, lanjut dia, yakni leptospirosis, yang dapat ditularkan melalui air kencing tikus yang mengandung bakteri leptospira, dan terpapar lewat makanan atau luka seseorang yang terbuka, atau melalui mukosa mulut, mata, hidung.
"Leptospirosis ini rawan muncul di daerah yang sering terjadi banjir, jadi air kencing tikus bisa ditularkan di genangan air itu. Gejalanya demam, nyeri otot lebih yang lebih menonjol, mata bisa merah, atau bisa sampai terjadi gangguan pada ginjal maupun liver," tuturnya.
Untuk menghindari penyakit-penyakit tersebut, ia menekankan pentingnya menjaga daya tahan tubuh diri sendiri, di antaranya tidur cukup selama 7-8 jam, mengonsumsi makanan yang kaya gizi dengan jumlah kalori yang cukup, serta mengandung nutrisi protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral.
"Untuk faktor lingkungan, lakukan 3M (menguras, menutup, mengubur) atau memberantas sarang nyamuk, di rumah sendiri juga usahakan tidak ada saluran air yang buntu, sampah yang berisiko menampung air, serta memberantas lalat dan tikus yang dapat menyebabkan leptospirosis," demikian Yuli Gayatri.