Senin 20 Nov 2023 20:44 WIB

Ortu Punya Anak Remaja, Terapkan Pola Parenting Ini Agar Anak ‘Nurut’

Mendidik anak remaja sering kali dianggap tantangan besar.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Orang tua dan anak remaja (ilustrasi). Orang tua yang punya anak remaja disarankan menerapkan pola authoritative parenting style,
Foto: www.freepik.com
Orang tua dan anak remaja (ilustrasi). Orang tua yang punya anak remaja disarankan menerapkan pola authoritative parenting style,

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dosen Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Vidya Anindhita, menyarankan orang tua menerapkan pola asuh authoritative parenting untuk memberikan pemahaman kepada anak, terutama remaja, mengenai konsekuensi dari tindakan yang mereka ambil. Menurut dia, tujuan utama authoritative parenting style bukan hanya agar remaja menuruti aturan dari orang tua.

"Tapi juga agar mereka paham makna perilaku mereka dan konsekuensi yang menyertainya,” ujarnya, Senin (20/11/2023).

Baca Juga

Dia mengatakan, mendidik anak remaja sering kali dianggap sebagai suatu tantangan besar karena dalam fase ini, anak senang mencoba hal-hal yang belum pernah mereka dilakukan, terutama bersama teman-temannya sesama remaja. Untuk mengatasi hal ini, ia menuturkan bahwa orang tua dapat menerapkan authoritative parenting style yang mengutamakan kehangatan relasi antara orang tua dan anak sembari tetap menerapkan aturan dan batasan mengenai hal-hal yang boleh maupun dilarang untuk dilakukan sang anak.

Dosen Unpad tersebut mengatakan orang tua perlu memahami dan bersikap empatik terhadap perilaku remaja, namun mereka harus tetap mengarahkan perilaku anak agar sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku. Oleh karena itu, melalui penerapan pola asuh ini, lanjut dia, orang tua diharapkan untuk memberikan penjelasan mengenai aturan dan larangan tersebut serta tetap membuka kesempatan bagi anak untuk dapat bernegosiasi dan berdiskusi, tidak hanya membuat aturan atau larangan begitu saja.

Ia menyebut, membuat aturan maupun melarang suatu perilaku remaja tanpa memberikannya peluang untuk menyampaikan pendapatnya mengenai hal tersebut akan menghambat kemampuan anak untuk berpikir kritis. Menerapkan aturan dan larangan tertentu kepada remaja tanpa menjelaskan alasan dari penerapan tersebut juga berisiko mendorong anak untuk memberontak karena mereka ingin membuktikan bahwa tidak ada dampak yang ditimbulkan jika mereka melanggar aturan maupun larangan itu.

“Oleh karena itu, orang tua perlu membuka pintu komunikasi dan dialog untuk mendengarkan kebutuhan anak serta saling memahami dan memaknai hal-hal yang diharapkan maupun dilarang oleh orang tua,” ucap Vidya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement