Senin 20 Nov 2023 11:00 WIB

Film Shayda Menutup Gelaran Festival Film Jakarta World Cinema Week

Shayda menceritakan tentang perjuangan seorang ibu dan anaknya berusia enam tahun.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Friska Yolandha
Sutradara Noora Niasari dan produser Vincent Sheehan yang menggarap film   Shayda hadir di rangkaian festival film Jakarta World Cinema Week (JWCW) 2023.
Foto: Dok JWCW 2023
Sutradara Noora Niasari dan produser Vincent Sheehan yang menggarap film Shayda hadir di rangkaian festival film Jakarta World Cinema Week (JWCW) 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film Shayda menjadi penutup rangkaian festival film Jakarta World Cinema Week (JWCW) yang digelar mulai 11 November sampai 19 November 2023. Selama penyelenggaraannya, JWCW 2023 digelar secara hibrida, yakni luring di CGV Grand Indonesia dan secara daring di KlikFilm.

Shayda menceritakan tentang perjuangan seorang ibu dan anaknya yang berusia enam tahun asal Iran. Mereka mencari perlindungan di Australia. Cerita film ini diangkat dari kisah nyata dari ibu sang sutradara, Noora Niasari. "Cerita film ini diadaptasi dari kisah ibu saya dan pengalaman kecil saya," ujar Noora yang juga bertandang ke gelaran JWCW di Jakarta.

Baca Juga

Pada ajang Piala Oscar tahun 2024 nanti, Shayda menjadi film perwakilan Australia. Produser Vincent Sheehan mengungkapkan bahwa Shayda sudah tayang di Australia. "Kalau di Australia, film ini sudah tayang secara komersil. Namun, di Iran film ini tidak tayang. Sedangkan untuk tayang di (bioskop) Indonesia, kami perlu riset dahulu," tutur Sheehan.

Pada Jakarta World Cinema Week 2023 besutan Klik Film, dihadirkan juga sutradara dari sebuah film Prancis yang berjudul Zero Fucks Given. Film berkisah tentang kegelisahan generasi muda Eropa di era globalisasi dan sosial media, berpusat pada karakter seorang pramugari muda

Sinema Zero Fucks Given menggambarkan pekerjaan pramugari secara akurat, baik saat melayani penumpang maupun di balik tirai kabin. Jika diterjemahkan, judul Zero Fucks Given punya makna yang provokatif dan bisa mengundang kontroversi.

Sutradara Emmanuel Marre dan Julie Lecoustre mengatakan mereka sengaja memilih judul yang kontroversial tersebut agar mampu menarik kalangan muda. Itu digunakan sesuai dengan penggambaran istilah anak muda sekarang yang seolah-olah tidak peduli, padahal sesungguhnya mereka peduli pada isu-isu sosial. 

Marre mengatakan, hashtag #zerofucksgiven cukup ramai di media sosial. Julie Lecoustre juga mengungkap alasan lain di baliknya. "Judul yang provokatif ini makin menguatkan pesan dari filmnya yang menyasar penonton muda berusia antara 20-an sampai 30-an," ucap Lecoustre. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement