REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam menanggapi konflik Hamas-Israel, sering kali warganet saling berdebat satu sama lain di media sosial. Kendati Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram hukumnya mendukung zionis Israel, namun masih ada saja pendukung zionis yang memancing perseteruan dengan pembela pejuang Palestina.
Bagaimana sebaiknya pendukung Palestina bersikap dengan tepat saat menyampaikan kebenaran?Pimpinan Ponpes Ibnu Syam, KH Ahmad Slamet Ibnu Syam, mengatakan sebaiknya tidak sampai keluar kata-kata kasar saat menyampaikan kebenaran terkait Palestina.
“Dalam melakukan amar maruf nahi munkar tidak boleh ada unsur kemungkaran termasuk perkataan yang kasar. Jadi tetap sampaikan kebenaran dengan baik tidak boleh juga dengan kasar,” kata Ustaz Slamet, Jumat (17/11/2023).
Meski demikian, kalimat seperti zionis laknatullah masih terbilang wajar. Kiai Slamet tidak secara gamblang menyebutkan berdebat dengan bahasa kasar ini bisa menggugurkan pahala, namun dia juga mengingatkan jangan sampai keluar istilah-istilah tidak pantas atau bahkan ujaran-ujaran binatang. “Nah tidak boleh pakai binatang-binatang begitu,” ujarnya.
Berbicara kasar sejatinya tidak dianjurkan dalam Islam. Salah satu dalilnya, sebagai berikut.
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِيْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيْءَ
“Sesungguhnya tidak ada sesuatu apapun yang paling berat ditimbangan kebaikan seorang mu’min pada hari kiamat seperti akhlaq yang mulia, dan sungguh-sungguh (benar-benar) Allāh benci dengan orang yang lisānnya kotor dan kasar.” (Hadīts Riwayat At Tirmidzi nomor 2002, hadīts ini hasan shahīh, lafazh ini milik At Tirmidzi, lihat Silsilatul Ahādīts Ash Shahīhah no 876).
Hadits tersebut mengkaitkan antara akhlak yang mulia dengan lisān yang kotor. Sehingga lisan yang baik juga berkorelasi dengan akhlak yang teladan.