REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang Anak Soedjatmiko mengatakan, pneumonia bisa diantisipasi dengan melakukan serangkaian pencegahan berupa vaksinasi hingga protokol kesehatan. "Untuk bayi, penting dipastikan mendapat pasokan ASI yang cukup dan nutrisi yang seimbang. Demikian pula dengan kelengkapan vaksin dasarnya," kata Soedjatmiko dalam agenda peringatan Hari Penumonia Sedunia diikuti dalam jaringan di Jakarta, Senin (6/11/2023).
Menurut dia, pencegahan juga bisa dilakukan orang tua atau dewasa, bayi, dan balita dengan meminimalisasi kontak dengan pasien terjangkit flu atau batuk. Selain itu, protokol kesehatan dengan mencuci tangan sebelum memegang bayi atau anak juga sangat dianjurkan, serta menjauhi faktor risiko lain seperti polusi udara dan asap rokok.
Ia menambahkan, ikhtiar lain yang juga bisa dilakukan adalah memberikan vaksinasi PCV sebagai upaya pencegahan. Sudjatmiko mengatakan, sejak September 2022, Kementerian Kesehatan telah memasukkan imunisasi PCV ke dalam daftar imunisasi wajib dengan target sasaran bayi berusia 2 bulan yang akan mendapatkan dosis ulang saat beranjak 3 bulan hingga satu tahun.
"Imunisasi PCV yang masuk dalam program pemerintah menggunakan jenis vaksin PCV 10 yang melindungi dari 10 serotipe penyebab pneunomia. Ada juga vaksin PCV 15 yang melindungi bahaya 15 serotipe. Jenis vaksin ini bisa diakses juga oleh anak hingga usia 17 tahun," kata dokter di Eka Hospital BSD Tangerang itu.
Soedjatmiko mengatakan, orang tua tidak perlu cemas dengan bertambahnya jenis vaksin dasar yang harus disuntikkan kepada buah hatinya. Sebab, semakin dini perlindungan diberikan, semakin kecil potensi anak terserang penyakit.
"Jadi, jika ada jadwal imunisasi yang mengharuskan penyuntikan ganda, tidak perlu khawatir. Justru harus khawatir jika imunisasi ditunda karena tidak dua kali suntik karena perlindungannya pun akan tertunda," ujarnya.
Ia menjelaskan, pneumonia pada dasarnya adalah infeksi di salah satu atau kedua paru-paru yang berakhir pada peradangan disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae.
"Pneumonia masih menjadi penyebab terbesar kematian balita secara global. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan setiap 30 detik, seorang balita meninggal karena pneumonia," katanya.
Menurut data Kementerian Kesehatan RI pada 2022, ada dua hingga tiga balita yang meninggal karena pneumonia setiap jam di Indonesia. Kondisi itu menempatkan Indonesia pada peringkat kedelapan di dunia dalam hal kematian balita karena pneumonia.
Diskusi bertajuk 'Lindungi Generasi Bangsa, #CegahPneunomiaAnak Melalui Vaksin' digagas MSD Indonesia dalam rangka memperingati Hari Pneumonia Sedunia. Selain Soedjatmiko, hadir dalam acara tersebut Managing Director MSD Indonesia George Stylianou dan Country Medical Lead MSD Indonesia Mellisa Handoko Wiyono.