REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Model berdarah Palestina dengan 60,8 juta followers, Bella Hadid, membuat pinned pada satu unggahan yang pernah ia unggah pada 16 Mei 2022. Unggahan tersebut membahas soal The Nakba yang terjadi pada 1948, menyebabkan warga Palestina harus tinggal di pengungsian.
Bella mengutip dari situs berita Aljazirah. “Nakba Day. Aku memikirkan ayahku hari ini. Menangis karena dia. Aku memikirkan semua pejuang Nakba, yang sekarang menjadi pengungsi. Para orang tua kami masih tidak diperbolehkan kembali ke kampung halaman mereka,” tulis Bella mengawali keterangan video tersebut.
Ia mengatakan, dirinya masih menggenggam erat Palestina di hatinya hingga sekarang dan selamanya. Nakba yang tidak pernah akan berakhir membuatnya merasa sangat sedih, karena tahun-tahun berikutnya akan dilalui bayi yang baru lahir di atas penjajahan.
Ia juga merasa sedih, harus menyaksikan ayahnya berduka setiap tahun karena melihat warga Palestina merasakan penderitaan yang sama setiap tahunnya. Saat itu, ia hanya bisa memeluk ayahnya dan mengatakan betapa bangganya dia memiliki sosok seperti ayahnya itu.
“Bukan hanya karena ketabahan dan perjuangannya, melainkan juga karena ayah mampu menjalani hidup setiap harinya dengan trauma masa kecil yang ekstrim. Bagian terburuknya? Tidak seorang pun yang mau memvalidasi sejarah hidupnya dan apa yang telah dilalui keluarganya,” ujar Bella.
“Tidak ada sesuatu yang disebut Palestina. Itu lah bagian yang terburuk. Bebaskan Palestina selamanya. Saya sangat bangga menjadi warga Palestina. @mohamedhadid,” kata Bella mengakhiri keterangan video tersebut. Disambut dengan komentar positif dari semua followers yang mendukungnya.
Video Aljazirah itu menjelaskan tentang sejarah The Nakba atau Catastrophe atau malapetaka di Palestina pada 1948. Ada lebih dari 750 ribu warga Palestina diusir dari rumah mereka dan dipaksa tinggal di tenda pengungsian di wilayah Jerusalem Timur, Tepi Barat (West Bank), Gaza, dan ke negara-negara tetangga.
Namun, Nakba tidak berakhir pada 1948, dan memberi efek berlanjut pada 12 juta warga Palestina yang sekarang menjadi stateless (tidak memiliki kewarganegaraan).
Dalam sejarah, Palestina dihuni oleh umat Muslim, Kristen, dan beberapa Yahudi, yang hidup bergandengan dengan damai. Persekusi terhadap Yahudi di Eropa, membuat mereka meyakini bahwa mereka tidak aman berada di Eropa.
Kemudian datang Zionis, yang melihat Palestina sebagai lokasi yang cocok untuk kampung halaman Yahudi. Pergerakan Zionis dimulai dengan mengorganisasi imigrasi dan mencoba membeli tanah Palestina. Itu menjadi langkah awal untuk menjadikan Palestina sebagai kampung halaman Yahudi.
Setelah itu, tercetus Perang Dunia I, di mana Inggris berjanji pada zionis akan membantu yahudi menjadikan Palestina sebagai kampung halaman. Ini dibuat oleh sebuah surat politik yang sekarang dikenal sebagai Balfour Declaration.
Di situ jyga tertulis....