REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tekanan darah yang terus berfluktuasi, seperti naik-turun dalam waktu 24 jam serta dalam hitungan hari atau pekan, disebut bisa membahayakan kondisi jantung dan otak. Hal itu terungkap dalam sebuah studi yang digagas oleh para peneliti dari Australia.
Peneliti utama studi, Daria Gutteridge, menjelaskan bahwa tekanan darah dapat berfluktuasi dalam rentang waktu yang berbeda, baik pendek dan panjang. Namun, fluktuasi yang terlalu sering rupanya meningkatkan risiko demensia dan kesehatan pembuluh darah.
Bersama timnya, Gutteridge mempelajari kondisi 70 orang dewasa lanjut usia yang sehat berusia 60 hingga 80 tahun. Semuanya dipastikan tidak memiliki tanda-tanda demensia atau gangguan berpikir. Tim memantau tekanan darah peserta, juga mengukur kekakuan arteri di otak dan arteri. Mereka juga diminta mengisi tes kognitif.
"Kami menemukan bahwa variabilitas tekanan darah yang lebih tinggi dalam sehari, dan juga dalam beberapa hari, dikaitkan dengan penurunan kinerja kognitif," kata Gutteridge, dikutip dari laman Newsmax, Kamis (19/10/2023).
Kandidat PhD pada Cognitive Aging and Impairment Neuroscience Laboratory di Australia Selatan itu menyampaikan, timnya juga menemukan hal lain. Variasi tekanan darah yang lebih tinggi dalam tekanan darah sistolik dikaitkan dengan kekakuan pembuluh darah yang lebih tinggi di arteri.
Pengerasan arteri berhubungan dengan penyakit jantung. Yang dimaksud tekanan darah sistolik yakni tekanan darah pada saat jantung memompa darah atau saat berkontraksi. Sementara, tekanan darah diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung relaksasi.
Gutteridge mengatakan, hasil itu menunjukkan bahwa berbagai jenis variabilitas tekanan darah kemungkinan mencerminkan mekanisme biologis berbeda. Baik variasi tekanan darah sistolik dan diastolik penting untuk fungsi kognitif pada kalangan lanjut usia.
Variabilitas tekanan darah berpotensi menjadi penanda klinis awal atau target pengobatan untuk gangguan berpikir. Sementara, selama ini perawatan klinis lebih fokus pada hipertensi, namun mengabaikan variabilitas tekanan darah. Temuan penelitian tersebut sudah dipublikasikan di jurnal Cerebral Circulation – Cognition and Behavior.